Resep Danau Konstanz Untuk Pulihkan Situ Galian Pasir Sukabumi
Mengalami perubahan status yang berbeda menjadikan Danau Konstanz, sebagai salah satu danau terbaik di dunia untuk diriset. Seorang peneliti asal Indonesia mengulik peran daphnia dalam pemulihan ekosistem danau.
Menjaga ekosistem danau
Danau termasuk ekosistem yang rentan terhadap tekanan antropogenik seperti industri perikanan, limbah serta perubahan iklim. Tekanan tersebut menyebabkan ekosistem danau tidak lagi berada dalam kondisi alami yang disebut dengan istilah “natural state“. Informasi mengenai respon dan resiliensi danau terhadap tekanan-tekanan itu terus digali sebagai masukan untuk kepentingan pengelolaan danau.
Perubahan dari dekade ke dekade
Danau Konstanz berada pada kondisi alami sebelum tahun 1960-an. Kemudian adanya tekanan antropogenik telah mengubah danau ini menjadi danau dengan status kesuburan tinggi atau eutrofik sekitar tahun 1980-an. Pada kondisi ini daya guna danau menjadi tidak maksimal. Pada awal tahun 2000-an restorasi danau sudah mengembalikan lagi ekosistemnya dalam kondisi oligotrofik atau ‘natural state’.
Dari Sukabumi ke Konstanz
Seorang peneliti asal Sukabumi, Jawa Barat, Pelita Octorina, kini tengah melakukan penelitian peran zooplankton dalam pemulihan ekosistem danau. Risetnya dilakukan di Limnologycal Institute Universitas Konstanz, Jerman. Universitas ini sangat dekat dengan danau penelitiannya. Sebelumnya, Pelita merupakan pengajar di Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Berburu sampel di danau
Pelita mengambil sampel untuk penelitannya di Danau Konstanz. Di sini, hampir setiap hari ia mengumpulkan berbagai jenis zooplankton. Tingginya fosfor akibat limbah hasil ledakan populasi, agrikultur dan industri pernah membuat danau ini tercemar. Kini ketika sudah kembali pulih, Pelita ingin tahu bagaimana mengukur daya adaptasi zooplankton yang bisa dijadikan tolak ukur perubahan ekosistem.
Siapa itu daphnia?
Salah satu yang menjadi fokus penelitiannya adalah organisme Daphnia. Jenis zooplankton ini merupakan salah satu organisme kunci di ekosistem perairan danau. Sebagai penghubung antara level tropik rendah (alga) dengan level tropik tinggi (ikan), daphnia memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Bisa menunjukkan rentang waktu yang luas
Dalam risetnya, Pelita mempelajari respon daphnia terhadap perubahan yang terjadi pada Danau Konstanz Jerman. Daphnia sering digunakan sebagai hewan penelitian karena menunjukkan rentang yang luas dalam morfologi yang disesuaikan pada kondisi spesifik lingkungan. Adapun variabel yang mempengaruhi kemampuannya beradaptasi adalah mangsa (alga) dan predator (ikan).
Melakukan perbandingan
Pelita menginvestigasi respon daphnia terhadap perubahan tersebut dengan membandingkan morfologi daphnia yang hidup pada masa eutrofik dan daphnia pada masa kini (oligotrofik). Untuk mendapatkan daphnia yang hidup pada masa lalu, digunakan telur daphnia yang berada dalam sedimen (lumpur danau).
Proses perbandingan yang rumit
Pada kedalaman tertentu telur daphnia yang dihasilkan oleh induk daphnia pada masa lalu (fosil hidup) dapat dikumpulkan kemudian ditetaskan di laboratorium. Kemudian respon daphnia yang berasal dari dua masa yang berbeda akan dibandingkan di bawah tekanan ketersediaan mangsa dan keberadaan predator.
Saat mencapai resiliensi
Informasi yang diharapkan dari riset ini adalah kemampuan daphnia dalam beradaptasi yang menjelaskan kondisi resiliesi (pemulihan) danau.
Manfaat untuk Indonesia
Di Indonesia, Pelita melakukan penelitian di area danau galian pasir Sukabumi, dengan berfokus pada upaya mempertahankan fungsi ekonomis dan ekologis danau galian pasir untuk masyarakat sekitar. Pengetahuan yang diperoleh selama penelitian di Jerman ingin diaplikasikannya untuk mengelola danau galian pasir untuk kepentingan pendidikan dan pengabdian pada masyarakat. ap/pkp