Resep Ilmiah Membesarkan Anak Bahagia
Membesarkan anak yang bahagia bukan perkara mudah. Menurut studi tentang kebahagiaan yang dilakukan situs Happify, ada beberapa faktor yang memperngaruhi kebahagiaan anak. Berikut beberapa diantaranya:
Asuhan ibu
Menurut penelitian yang berfokus pada hippocampus - bagian dari otak yang menangani stres dan memori-- Anak-anak balita dalam asuhan ibu penuh kasih sayang dan penuh dukungan, memiliki hippocampus 10 persen lebih besar ketika mulai masuk usia sekolah.
Pentingnya cinta ayah
Selain menegakkan aturan, ayah perlu untuk mendengarkan anak dan menjalin hubungan yang erat dengan mereka. Beri kebebasan wajar pada anak-anak. Anak-anak yang merasa ditolak atau tidak dicintai oleh orang tua mereka, lebih mengembangkan sifat permusuhan, agresif dan menunjukan atau ketidakstabilan emosi.
Kebahagiaan orangtua juga berpengaruh
Kepuasan hidup orangtua bisa dalam segi pendidikan, pendapatan maupun pekerjaan yang mereka sukai, serta waktu yang diluangkan bersama keluarga. Namun orang tua juga perlu waktu untuk melakukan hal menyenangkan bagi diri sendiri, misalnya nonton film, menjalin pertemanan, dll.
Pentingnya optimisme
Ajarkan anak untuk selalu optimistis. Ini berguna untuk meredakan stress ketika mereka puber. Bahkan anak umur lima tahunpun bisa memetik manfaat dari cara berpikir positif. Mereka juga bisa belajar bagaimana orangtua mereka mengatasi masalah.
Puji anak atas usahanya, bukan otaknya
Anak yang terbiasa dipuji atas otak dan ketrampilannya, ketimbang usahanya, mengalami masa sulit saat mengalami kegagalan. Anak yang dipuji atas usahanya akan lebih memiliki motivasi dan tidak takut akan tantangan.
Pendekatan tiap anak beda-beda
Ketika cara mengajar orangtua tak cocok dengan kepribadian anak, maka anak akan cenderung depresi dan ketakutan. Jika mereka mampu mengatasi emosi dan tingkah lakunya sendiri, maka mereka anak lebih mandiri. Demikian sebaliknya.
Lebih tangguh dari yang kita kira
80% anak yang orangtuanya berpisah tidak jatuh dalam problem psikologis yang serius. Orangtua yang memelihara komunikasi baik , mendorong anak-anak mereka mencapai cita-cita, dekat dengan keluarga dan menikmati jalinan hubungan dengan orang lain. Anak-anak yang keluarganya diselimuti konflik, cenderung terganggu dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan kesulitan mengatasi masalah emosional.
Anak ingin lebih berarti
Caranya bisa dengan berbuat baik bagi temannya, menyelenggarakan acara atau bergabung dengan klub. Rasa empati juga perlu dibangun sedari dini, mulai dari menemani kawan yang sedih, memuji orang lain, berbagi dengan sesama atau meluangkan waktu dengan kakek nenek.
Anak-anak zaman sekarang…
.. lebih sedikit waktu bermain ketimbang anak-anak 20 tahun lalu. Bermain penting untuk membangun kreativitas, ketrampilan motorik, kekuatan emosional, kognisi dan ketrampilan sosial.
Olahraga vs TV
Anak-anak yang latihan fisik atau berolahraga lebih percaya diri. Mereka yang merasa baik dalam jenis sport tertentu bahkan lebih percaya diri ketimbang yang memang benar-benar ‘jago‘ di bidang itu. Studi 7 tahun atas 4000 remaja menunjukkan, anak-anak yang banyak menonton TV lebih memperlihatkan gejala depresif., dengan peningkatan 8% dari setiap jam menyaksikan TV.