Risiko Kanker Akibat Radiasi di Jepang
8 Maret 2013Berdasarkan hasil penelitian terbaru, di Jepang akan ada "40.000 hingga 80.000 kasus penyakit kanker hanya karena terpapar radiasi langsung", jelas Henrik Paulitz dari organisasi kedokteran internasional bagi perlindungan perang atom (IPPNW) di Berlin. Selain itu para pakar yakin, akan ada tambahan 37.000 penderita kanker karena mengkonsumsi bahan makanan yang tercemar radiasi.
Khususnya dampak pada janin, bayi dan balita tidak diperhitungkan secara serius, kritik para dokter. "Sembilan bulan setelah bencana Fukushima angka kelahiran di Jepang menurun secara drastis", lapor dokter anak Winfried Eisenberg.
Ada kekurangan 4362 bayi, yang secara statistik seharusnya dilahirkan. "Kami memperkirakan, banyak embrio yang meninggal dalam kandungan karena terpapar radiasi."
Terlalu Diremehkan
Kritik tajam ditujukan pada prognosa yang dikeluarkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO. Pada laporan tersebut WHO mengatakan, risiko kanker di wilayah Jepang yang terpapar radiasi hanya "sedikit meningkat".
Menurut para dokter di IPPNW, alasan WHO meremehkan masalah ini adalah kesepakatan WHO dengan badan energi atom internasional IAEA tahun 1959 lalu. Berdasarkan kesepakatan tersebut, WHO tidak boleh mempublikasikan dampak radiasi tanpa persetujuan IAEA.
Elemen Bakar Harus Dikeluarkan
Sementara itu, pengelola PLTN Fukushima Daiichi, TEPCO mengumunkan, mulai November mendatang elemen bakar akan mulai dikeluarkan dari kolam pendingin. Ini adalah kemajuan besar pertama dalam upaya mengatasi bencana tersebut. Menurut TEPCO, prosesnya akan memakan waktu hingga setahun.
11 Maret 2011 setelah dilanda gempa bumi dan tsunami dahsyat, tiga reaktor nuklir di Fukushima mengalami peleburan inti. Selain itu juga terjadi ledakan yang merusak bangunan reaktor dan kolam pendingin elemen bakar. Air yang terkontaminasi mengalir dari reruntuhan bangunan. Elemen bakar yang berada di dalam reaktor, disebutkan baru akan dikeluarkan sepuluh tahun lagi.
vlz/as (dpa, ap)