Robot Penyedot Plastik Bersihkan Kali Jakarta
Sebuah perusahaan Belanda membawa robot pembersih sungai ke salah satu titik episentrum polusi sampah plastik di dunia, yakni Indonesia. Proyek ujicoba pertama dilakukan di Kali Cengkareng Drain, Jakarta Barat.
Ditertawakan, Lalu Dirayakan
Hampir satu dasawarsa silam dunia menertawakan gagasan seorang remaja Belanda membersihkan samudera Bumi secara pasif dengan memanfaatkan gelombang laut. Kini Boyan Slat menjadi pionir usaha pembersihan samudera dan sungai di dunia. Dan dia membawa temuan terbarunya ke Indonesia.
Penyedot Plastik Raksasa
Interceptor adalah sebuah wahana nirawak yang mampu menyedot hingga 100 ton sampah plastik per hari. Ia digerakkan oleh energi matahari dan bisa bekerja siang malam tanpa memproduksi polusi suara atau udara. The Interceptor juga tercatat memiliki kapasitas penampungan hingga 50 meter kubik plastik.
"Semudah penyedot debu"
Setelah penuh, sistem komputer di dalam kapal akan mengirimkan pesan ke operator untuk menepi dan mengosongkan muatan. Slat berjanji prosesnya "semudah seperti mengosongkan kantung penyedot debut," kata dia seperti dilansir Jakarta Post. Wahana buatannya itu dijadwalkan beroperasi selama 24 jam penuh.
Episentrum Polusi Plastik
Sebagai proyek pertama The Ocean Cleanup memilih Indonesia lantaran tercatat sebagai salah satu negara penyumbang polusi plastik terbesar di dunia. Untuk itu Boyan menurunkan The Interceptor serta sekelompok insinyur untuk membersihkan Kali Cengkareng Drain di Jakarta Barat.
Pertama di Dunia
"Ini adalah sungai kotor pertama yang ingin kami bersihkan," kata Sjoerd Drenkelford, pakar instalasi The Ocean Cleanup di Jakarta. Sebelum diterjunkan ke Jakarta, The Interceptor sempat diujicoba di Belanda, kisahnya. Namun di sana anggota tim harus ekstra membuang sampah lantaran kondisi sungai yang terlalu bersih.
Seribu Masalah Polusi
Bersama The Interceptor, Boyan Slat berambisi ingin membersihkan 1.000 sungai paling kotor di Bumi" dalam waktu lima tahun. Sungai-sungai tersebut berkontribusi sebanyak 80% terhadap polusi plastik global. Selain Indonesia, satu unit Interceptor juga sudah diterjunkan di Malaysia dan yang ketiga sedang disiapkan untuk Vietnam.
Mimpi di Siang Bolong?
Namun upaya terbaru Boyan bukan tanpa kritik. Ilmuwan terutama menyayangkan bahwa The Ocean Cleanup menjual mimpi yang mustahil terwujud dan akan menyedot dana yang biasanya digunakan untuk metode pembersihan sungai yang sudah teruji. Minimnya penelitian terkait jumlah plastik juga membuat upaya pembersihan menjadi percuma.
Pencegahan Ketimbang Pembersihan
Sebab itu pemerhati lingkungan dan ilmuwan lebih menitikberatkan kampanye anti plastik untuk mendorong penduduk agar tidak membuang plastik di sungai atau laut, ketimbang upaya pembersihan yang menurut Dianna Cohen, Direktur Plastik Pollution Coallition, tidak akan ada habisnya, tutur dia kepada Mongabay. (rzn/as, dari berbagai sumber)