Rusia Alami Kelangkaan Obat HIV AIDS
1 Desember 2023Pada 22 November lalu, pasien Pusat AIDS di Moskow mengumumkan habisnya stok obat Dolutegravir di semua apotek.
Obat antiretrovial buatan Inggris tersebut selama ini melengkapi kombinasi terapi obat-obatan untuk pasien HIV. Repotnya, Dolutegravir bukan satu-satunya obat HIV yang kini sulit didapat di Rusia. Negara yang tengah berperang itu sedang mengalami kelangkaan obat-obatan.
Menurut data resmi, terdapat sekitar 1,13 juta pengidap virus HIV di Rusia. Diyakini, jumlah kasus yang tidak dilaporkan jauh lebih tinggi, menurut Ekaterina Stepanova, seorang dokter di sebuah klinik swasta di Rusia.
"Ada lebih dari 40 wilayah di Rusia yang secara umum sudah berada dalam situasi epidemi HIV. Artinya, lebih dari satu persen dari seluruh perempuan hamil positif terjangkit HIV. Hal ini sangat buruk karena menunjukkan betapa luasnya infeksi HIV di Rusia,” kata dia.
Saat ini, hanya 52 persen semua pasien HIV yang mendapat obat-obatan gratis secara rutin. Sisanya mengkhawatirkan stigma atau diskriminasi jika mendaftarkan diri. "Sebab itu, sangat sulit untuk mengakses kelompok ini.”
Rusia hadapi kelangkaan obat-obatan
Sebagian pasien memilih berobat di klinik swasta yang relatif mahal. Menurut Stepanova, biaya membeli obat-obatan antiretrovial di klinik swasta bisa mencapai 90 Euro atau sekitar Rp1,5 juta per bulan.
"Pasien saya biasanya membeli obat HIV sendiri. Mereka yang menerima obat secara gratis atau dengan membeli biasanya membawanya ke sini untuk kemudian kami distribusikan kepada pasien yang tidak memiliki obat,” ujarnya. "Di sini, kami berusaha untuk saling membantu.”
Bisa dipastikan, kelangkaan obat HIV di Rusia bukan disebabkan embargo internasional, yang tetap mengizinkan perdagangan perlengkapan medis dan obat-obatan. Sejumlah perusahaan farmasi di dalam negeri juga menawarkan obat generik. Namun jumlahnya tetap tidak mencukupi.
Hal tersebut disebabkan anggaran pembelian obat di Kementerian Kesehatan yang stagnan dan sejak beberapa tahun terakhir mengabaikan lonjakan jumlah pasien. Untuk memasok kebutuhan obat tahun 2021 saja, pemerintah harus menggunakan anggaran yang sudah disiapkan untuk tahun 2022 dan 2023.
Kondisi itu dilaporkan Koalisi Kesiagaan Perawatan Internasional (ITPC) yang mengadvokasi pengobatan gratis bagi pengidap HIV di seluruh dunia.
Fakta bahwa sejumlah besar kas negara saat ini digunakan untuk invasi di Ukraina semakin menyulitkan respons yang mumpuni.
Selain itu, jumlah penduduk yang bertambah juga berarti peningkatan jumlah penderita HIV. Ketika Rusia secara ilegal mencaplok Kherson, Donetsk, Luhansk, dan Zaporizhia di Ukraina timur, seketika jumlah populasi negara bertambah 11 juta orang.
Buntutnya, Rusia mengumumkan tambahan 60.000 kasus baru infeksi HIV AIDS pada akhir 2023 ini.
rzn/hp
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.