Navalny Diracuni Kedua Kali Sebelum Diterbangkan ke Berlin
14 Desember 2020Aktivis antikorupsi dan kritikus pemerintah Alexei Navalny sudah lama terbukti menjadi duri bagipemerintahan Presiden Vladimir Putin di Moskow. Harian Inggris The Times kini melaporkan, agen-agen Rusia untuk kedua kalinya mencoba membunuh Navalny dengan racun saraf novichok, setelah upaya pertama mereka gagal.
Dosis racun kedua diduga diberikan kepada Navalny sebelum dia diterbangkan ke Berlin untuk perawatan lebih lanjut, sumber intelijen barat mengatakan kepada surat kabar Inggris itu, Sabtu (12/12).
Alexei Navalny mendadak jatuh sakit dalam penerbangan dari Siberia ke Moskow setelah mengalami keracunan, yang kemudian diidentifikasi sebagai racun pelumpuh saraf novichok. Pilot pesawat kemudian melakukan pendaratan darurat di kota Omsk di Siberia dan dia dilarikan ke rumah sakit. Tim kesehatan lalu memberinya penawar racun atropin, kata Times.
Navalny dua kali selamat dari serangan Novichok
Diyakini bahwa penawarnya mungkin juga mencegah keberhasilan upaya pembunuhan kedua.
"Atropin itu menyelamatkan hidupnya," kata mantan komandan Resimen Kimia, Biologi, Radiologi, dan Nuklir di Angkatan Darat Inggris, Hamish de Bretton-Gordon kepada The Times.
"Agen saraf menyebabkan kegagalan banyak organ. Paru-paru akan menyerah lebih dulu dan Anda akan mati. Namun jika digunakan dengan cepat, atropin dapat membalikkan efeknya."
Times menuduh agen-agen keamanan Rusia telah menekan dokter yang merawat Navalny di Omsk, sehingga dia kemudian mengumumkan bahwa Alexei Nawalny tidak diracun, melainkan kemungkinan menderita kelainan metabolisme.
Times menulis, sumber keamanan di Jerman percaya bahwa calon pembunuh menggunakan kesempatan ini untuk melakukan serangan kedua dengan agen saraf yang mematikan itu.
"Tujuannya agar dia sudah mati pada saat tiba di Berlin," kata Times mengutip sumber itu.
Moskow bantah terkait dengan racun saraf novichok
Tiba di Berlin, para dokter berhasil menyelamatkan Alexei Navalny dan dia mulai melakukan pemulihan.
"Memberi dosis kedua Novichok tidak diragukan lagi akan meningkatkan kemungkinan pembunuhan," kata Alastair Hay, profesor toksikologi lingkungan di Universitas Leeds. "Tapi kalau dia sudah mendapat atropin, ini akan melawan agen saraf, meskipun itu mungkin berarti memperpanjang komanya. Racun itu akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terdegradasi di hati."
Moskow hingga kini membantah terlibat dalam serangan terhadap Navalny, meskipun penyelidik Jerman dan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia OPCW membenarkan bahwa aktivis Rusia itu memang keracunan Novichok.
Namun Rusia balik menuduh Jerman dan sekutunya melakukan "kampanye disinformasi massal melawan Rusia." Kremlin juga menyatakan bahwa Navalny kemungkinan diracuni setelah tiba di Jerman.
(hp/ha)