Rusia: Perang Ukraina Tak Akan Berakhir Segera
12 Juli 2023Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan perang di Ukraina tak akan berakhir sampai pihak Barat menghentikan upayanya mengalahkan Rusia. Pernyataan itu disampaikan Lavrov dalam sebuah wawancara dengan media lokal Indonesia, Rabu (12/07).
Pernyataan itu diutarakan Lavrov menjelang pertemuan simbolis antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan para pimpinan NATO dalam konferensi di Lituania pada hari yang sama.
Dalam wawancara dengan Kompas sesaat menjelang pertemuan dengan para menlu ASEAN dan mitranya pekan ini, Lavrov mengecam Amerika Serikat dan sekutunya karena mendukung Ukraina.
"(Perang) akan terus berlanjut sampai pihak Barat melupakan rencananya untuk menjaga dominasi dan obsesinya guna memberikan kekalahan strategis terhadap Rusia lewat kaki tangannya, Kyiv," kata Sergei Lavrov mengenai perang di Ukraina.
"Tidak ada tanda-tanda sebuah perubahan dari sikap mereka, dan kita melihat bagaimana Amerika dan koleganya terus-menerus mengirimkan senjata ke Ukraina dan mendorong (Zelenskyy) untuk terus melawan."
Kehadiran Lavrov di Jakarta berkaitan dengan Konferensi Asia Timur dan Pertemuan Regional Menteri Luar Negeri ASEAN dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Jumat (14/07). Lavrov dan Blinken terakhir kali bertemu bulan Maret lalu saat menghadiri pertemuan G20 di India.
Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan terbesar terhadap salah satu negara Eropa, sejak Perang Dunia II, saat dia memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Sejak saat itu, berdasarkan prakiraan pihak Barat, setidaknya lebih dari 150.000 orang telah tewas dan terluka dari kedua belah pihak.
Ketika berbicara soal Indonesia, Lavrov mengapresiasi hubungan kedua negara dan memuji kebijakan luar negeri Jakarta yang independen terhadap konflik di Ukraina.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah pemimpin Asia pertama yang mengunjungi Moskow dan Kyiv setelah invasi dimulai.
Sergei Lavrov mengklaim negara-negara Barat "mengabaikan inisiatif yang disampaikan oleh negara-negara berkembang" setelah Kyiv memilih menolak tawaran Jokowi untuk menjadi penengah.
Ada juga usulan kontroversial dari Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, untuk pelaksanaan referendum pada daerah yang dikuasai Rusia di bagian timur. Namun usulan itu langsung ditolak oleh Ukraina, karena itu berarti menerima agresi Rusia yang melanggar aturan internasional.
Selama ini, pihak Barat yang mendukung Ukraina telah mengirimkan senjata senilai puluhan miliar dolar untuk membantu Ukraina melawan invasi Rusia.
Setelah pertemuan hari pertama di Lituania, para Pemimpin NATO menyatakan bahwa, "masa depan Ukraina berada di tangan NATO", dan NATO juga telah mempersingkat proses yang harus dilalui pemerintahan Kyiv untuk dapat menjadi anggota aliansi militer tersebut.
Hanya saja, sejauh ini para pimpinan NATO belum membeberkan jadwal terkait keanggotaan Ukraina. Hal ini merefleksikan adanya kekhawatiran di pihak Washington bahwa perang Ukraina bisa menyeret Barat ke dalam konflik nuklir dengan Rusia.
Dalam sebuah upaya untuk meyakinkan Zelenskyy, negara anggota G7 berencana mengeluarkan sebuah deklarasi soal bantuan terhadap Ukraina untuk mengalahkan Rusia dan mencegah agresi baru di masa depan.
Lavrov bakal bertemu delegasi Cina di Jakarta
Dalam kunjungan ke Jakarta, Menlu Lavrov juga dijadwalkan bertemu dengan delegasi Cina, termasuk diplomat senior Wang Yi di sela-sela konferensi regional yang akan berlangsung pekan ini. Informasi ini dilaporkan oleh kantor berita Rusia TASS yang mengutip informasi dari Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Besok, akan ada sebuah pertemuan antara Rusia dan ASEAN, serta serangkaian pertemuan bilateral lainnya. Juga ada sebuah pertemuan dengan beberapa kolega dari Cina, dan Wang Yi diperkirakan akan hadir di Jakarta," demikian dilaporkan kantor berita TASS mengutip Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakhrova, saat diwawancara Radio Sputnik.
mh/hp (AFP, Reuters)