Rwanda Tambah Jumlah Ikan
10 April 2021Danau Kivu di Rwanda memang kelihatannya indah. Tapi para nelayan di Nyamyumba, di tepian danau itu menghadapi semakin banyak masalah. Danau Kivu menderita akibat penangkapan ikan berlebihan. Demikian halnya dengan dua lusin danau lainnya di negeri itu.
Sebagian besar ikan yang hidup di danau Kivu adalah sarden dan berbagai jenis ikan Tilapia. Menurut statistik resmi, 19 ribu ton ikan ditangkap di danau itu tahun 2018. Jumlah itu adalah 70% dari seluruh jumlah ikan yang ditangkap di Rwanda. Tapi jumlahnya kian menurun.
Salah seorang nelayan, Pierre Nyuzwena bercerita, tahun-tahun lalu, seorang nelayan menangkap antara tiga hingga empat kilogram per hari. Tapi sekarang, dalam sepekan saja hasilnya tidak sampai dua kilogram.
Harga ikan meningkat
Karena ikan dewasa semakin jarang, ikan yang masih kecil juga diperjualbelikan di pasar Nyamnyumba. Padahal itu melanggar hukum. Kurangnya jumlah ikan juga menyebabkan naiknya harga.
"Harga ikan meningkat tajam. Setiap kali hasil tangkapan sedikit, harga per kilonya naik,” kata Violette Kwishaka. Ia menambahkan, bisnis mereka terancam karena harga tergantung pada ikan yang bisa mereka peroleh.
Menurunnya jumlah tangkapan juga ikut berdampak pada ekosistem danau Kivu. Para ilmuwan memonitor kualitas air dan kepadatan alga. Ikan seharusnya memakan alga. Karena jumlah ikan berkurang, alga tumbuh tanpa hambatam apapun. Ini jadi lingkaran setan.
Kaitan ikan dan alga
Pakar kimia Ange Mugisha dari Kivu Monitoring Program menjelaskan, banyaknya alga menyebabkan tertutupnya permukaan air di bagian atas. Ini bisa menghalangi masuknya oksigen ke air bagian dalam. Sehingga organisme di air akan kekurangan oksigen, dan akhirnya akan mati.
Di danau Muhazi, yang terletak di sebelah timur Rwanda, ekosistemnya juga sudah terganggu. Setiap hari, Adele Mukamana mengambil air minum bagi keluarganya dari danau. Tanpa ikan yang jadi predator alamiah, keong air tawar berkembangbiak dengan cepat. Hewan ini bisa menyebarkan parasit yang menyebabkan penyakit "demam siput" atau "Bilharziasis".
"Air di sini penuh keong yang menyebabkan berbagai penyakit. Coba lihat. Ini bisa membunuh anak-anak kami.” Di malam hari keong terlihat banyak di sana. Di saat terang, keong-keong bersembunyi.
Upaya menambah jumlah ikan
Pemerintah Rwanda berusaha mengatasi masalah dengan program ambisiusuntuk menggenjot penambahan cadangan ikan. Cecile Uwizeyimana dari program Pertanian dan Perikanan pada Badan Pertanian Rwanda mengungkap, sekarang mereka sedang berusaha menambah jumlah tilapia dan spesies ikan lainnya yang menurun jumlahnya di danau-danau Rwanda. "Tilapia berkembangbiak tak jauh dari tepian danau. Oleh sebab itu ikan ini rentan penangkapan oleh nelayan yang menjaring semua ikan.
Untuk itu, di Kigembe, Selatan Rwanda, didirikan sebuah tempat penetasan telur ikan Di sini dikembangbiakkan beberapa jenis ikan yang habitatnya di berbagai danau di Rwanda. Aloyse Musoni, seorang teknisi dari Badan Pertanian Rwanda menjelaskan, "Kami memilih contoh ikan yang bagus dari danau dan sungai, dan membawa hewan ke kolam ini untuk dibesarkan. Kalau ikan sudah sampai ke usia reproduksi, kami mengambil telur-telur ikan ke tempat penetasan."
Nelayan tidak patuh peraturan
Sementara itu, para nelayan di danau Kivu juga berharap, jumlah ikan akan kembali bertambah. Selain itu, sudah mulai tumbuh kesadaran, bahwa sejumlah masalah disebabkan para nelayan sendiri.
"Tidak semua nelayan mematuhi peraturan,” tandas Moussa Semajeri. Ia seorang nelayan dan kepala koperasi KOPIRAKI. "Sejumlah nelayan menggunakan jaring yang sangat halus, sampai bisa digunakan sebagai kelambu. Dengan jaring seperti itu, segala mahluk hidup di danau tertangkap. Ini masalah besar. Tapi saya pikir, pihak berwenang juga punya tanggungjawab. Mereka harus menempatkan sanksi lebih ketat."
Sekedar menempatkan sanksi kepada perampok ikan tidak akan membuat situasi danau Kivu membaik. Harus ada perubahan dalam kesadaran menyeluruh, jika populasi ikan ingin dijaga agar tetap stabil. (ml/yp)