Saat Menentukan dalam Penanganan AIDS
23 Juli 2012Dr. Diane Havlir optimis: "Untuk pertama kalinya saya merasa bahwa kita berada pada awal dari akhir epidemi AIDS." Havlir adalah dokter di RS San Francisco General Hospital dan merupakan salah satu ketua dari Konferensi Internasional AIDS yang digelar dari tanggal 22 hingga 27 Juli di Washington, ibukota Amerika Serikat.
Dengan rekan-rekannya ia hendak "bersama-sama membuka halaman baru", demikian bunyi moto konferensi itu. Havlir adalah salah satu peneliti pertama penyakit AIDS. Sejak awal epidemi AIDS pada tahun 1980-an ia menangani pasien yang terinfeksi HIV.
Harapannya ini memang beralasan: "Pada tiga tahun terakhir telah terjadi terobosan pada penelitian HIV. Berkat hasil penelitian, kami berhasil secara jelas menurunkan jumlah infeksi baru dan angka kematian akibat AIDS." Di antaranya adalah temuan bahwa obat yang beredar saat ini tidak hanya dapat memperpanjang kualitas kehidupan, tetapi juga mencegah infeksi.
Badan pengawas obat AS baru-baru ini untuk pertama kalinya mengijinkan peredaran sebuah obat baru, yang diharapkan dapat menurunkan secara drastis risiko penularan HIV. "Meskipun demikian para peneliti mengingatkan, obat dengan merk dagang Truvada tidak menawarkan perlindungan 100 persen", demikian Havlir.
Pengamanan dana dan membangkitan perhatian
Sebuah tema penting lainnya bagi sekitar 25.000 peserta konferensi di Washington itu adalah pencegahan penularan. Dalam berbagai podium diskusi dan workshop para peneliti, dokter, politisi dan individu terkait juga membicarakan obat-obatan baru, hasil ujicoba dan perawatan serta upaya menemukan vaksinasi dan penyembuhan penyakit menurunnya sistem kekebalan tubuh yang pada umumnya diderita oleh pria homo, pecandu narkoba dan pelacur.
Karena kurangnya dana, pada konferensi ini juga dicari jalan untuk membiayai perang melawan AIDS. Chris Collis, wakil presiden amfAR, Yayasan Penelitian AIDS AS mengatakan, "Tidak akan mudah untuk mencari dana potensial," karena investasi berkesinambungan harus dilaksanakan di saat AS dan negara lainnya mengalami krisis besar finansial".
"Selain itu, isu ini tidak lagi merupakan tema terpenting bagi masyarakat. Kita mengetahui bahwa ini merupakan masalah, tetapi saat ini tidak mendapat perhatian semestinya yang kami perlukan agar dapat mengambil langkah-langkah penting", tambah Collis.
Konferensi akhirnya kembali digelar di AS
Hingga kini sudah sekitar 30 juta orang di dunia meninggal akibat AIDS, 34 juta terinfeksi HIV dan hanya enam juta orang yang mendapat perawatan. Havlir menjelaskan, angka ini dapat secepatnya dilipatgandakan.
Deborah von Zinkernagel, koordinator inisiatif global AIDS di kementrian luar negeri AS memuji kerja sama dengan negara-negara Afrika: "Misalnya Afrika Selatan. Pemerintahan dan masyarakat sipilnya sangat aktif karena mereka menyadari dampak epidemi terhadap negerinya. Tetapi kami juga melihat hal yang sama di negara lain, seperti Namibia dan Botswana."
Namun perang melawan AIDS juga merupakan perang melawan stigma. Sebuah perjuangan bagi hak asasi manusia di seluruh dunia. Perlu dicatat bahwa 22 tahun diperlukan hingga konferensi yang digelar setiap dua tahun ini, kembali dapat dilaksanakan di Amerika Serikat.
Tahun 2009 Presiden Barack Obama mencabut larangan bagi orang-orang terinfeksi HIV untuk memasuki AS. Namun Obama sendiri tidak akan hadir pada konferensi itu dan hanya mengirim Menlu Hillary Clinton.
Christina Bergmann/Christa Saloh-Foerster
Editor: Agus Setiawan