Selamat Jalan Gus Sholah
3 Februari 2020Indonesia kembali digelayuti awan mendung. Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah tutup usia pada Minggu (02/02) malam di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. Gus Sholah berpulang di usia 77 tahun karena sakit yang dideritanya.
Gus Sholah yang merupakan adik dari Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid, dirawat di RS Jantung Harapan Kita setelah menjalani bedah jantung sehari sebelumnya, Sabtu (01/02). Anak sulung Gus Sholah, Irfan Wahid atau yang biasa dipangil Ipang Wahid mengonfirmasi kabar duka tersebut melalui akun Twitter-nya.
Sebelumnya pada Minggu (02/02) pagi, Irfan sempat mengabarkan bahwa kondisi kesehatan Gus Sholah dalam keadaan kritis dan memohon doa agar ayahnya diberi kesembuhan.
Kehilangan
Gus Sholah merupakan salah satu tokoh besar organisasi Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Kakeknya, KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri NU. Selain sebagai ulama, Gus Sholah dikenal sebagai seorang aktivis, politisi, cendekia, dan tokoh Hak Asasi Manusia (HAM).
Pada tahun 2006, Gus Sholah menerima tongkat estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa timur. Ia menjadi generasi ketujuh dari sang kakek, KH Hasyim Asy'ari yang mengasuh Pesantren Tebuireng. Saat itu Gus Sholah menggantikan pamannya KH Yusuf Hasyim.
Ketua PBNU, KH Said Aqil Siroj menyebut di sosok Gus Sholah sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sederahana. Menurutnya di tangan Gus Sholah, Pesantren Tebuireng semakin maju. "Semua perjuangannya, pemikirannya, upayanya untuk Pesantren Tebuireng, bukan untuk pribadinya," ujarnya dilansir okezone.com.
Senin (03/02) pagi usai melayat di rumah duka, Presiden RI Joko Widodo, mengaku kehilangan sosok Gus Sholah. Jokowi mengatakan dirinya banyak mendapatkan titipan pesan dari beliau semasa hidup. "Beliau adalah cendekiawan muslim yang menjadi panutan kita bersama dan tentu saja kita semuanya masyarakat Indonesia sangat kehilangan atas pulangnya beliau ke rahmatullah," kata Jokowi.
Bersama Gus Dur
Salahuddin Wahid lahir pada 11 September 1942 di Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan arsitektur. Semasa hidup ia memilik banyak rekam jejak di sejumlah organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua PBNU periode 1999-2004 dan Ketua ICMI (Ikatan Cedekiawan Muslim Indonesia) tahun 2001-2003.
Di awal periode reformasi 1998, ia pernah menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dikenal sebagai sosok pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), Gus Sholah pernah menjabat posisi Wakil Ketua Komnas HAM periode 2002-2007.
"Kehadiran Gus Sholah di Komnas HAM ikut menjembatani Nadlatul Ulama dengan berbagai organisasi hak asasi manusia. langkahnya beda dengan Gus Dur. Gus Sholah lebih bekerja dengan berbagai batasan lembaga," ujar aktivis HAM Andreas Harsono kepada DW Indonesia, Senin (03/02).
Andreas tak menampik jika Gus Sholah kerap dibandingkan dengan kakanya Gus Dur, dikarenakan "mereka berdua bergerak di bidang yang sama."
"Gus Sholah lewat berbagai lembaga yang dia ikuti, dari Komnas HAM sampai Nahdlatul Ulama, dari Tebuireng sampai Majelis Permusyawaratan Rakyat, sebenarnya berjalan seiring dengan kakanya. Gus Dur ibaratnya tancap gas, Gus Sholah jadi mekanik. Gus Sholah memastikan mesin tetap baik termasuk Komnas HAM," papar Andreas.
Membela kemajemukan Indonesia
Rohaniawan Benny Susetyo yang biasa dipanggil Romo Benny turut berduka atas kepergiaan Gus Sholah. Ia mengaku pada 23 Desember silam, Gus Sholah memberikan ucapan selamat natal kepada dirinya dan itu menjadi komunikasi terakhir antara Gus Sholah dengan dirinya. Ia mengatakan bahwa Indonesia kehilangan tokoh bangsa yang berjasa dalam memperjuangkan nilai demokrasi, HAM, dan pluralisme.
Romo Benny bersama Gus Sholah kerap mencari solusi perdamaian terkait konflik-konflik yang melanda sejumlah daerah seperti di Papua, Ambon, dan Poso bersama tokoh lintas agama. "Beliau konsisten dalam masalah memperjuangkan nilai kemanusiaan yang universal dan selalu berupaya menjaga agar bangsa ini selalu tunduk konstitusi," terang Romo Benny kepada DW Indonesia, Senin (03/02).
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa juga merasa sangat kehilangan sosok Gus Sholah. Seperti diketahui, orang nomor satu di Jawa Timur ini sering bertemu dengan Gus Sholah dalam berbagai kesempatan.
Khofifah yang turut menjemput jenazah di Bandara Juanda, Surabya, menyebut Gus Sholah sebagai pejuang bangsa. "Gus Sholah adalah salah satu putra terbaik bangsa. Boleh dibilang beliau adalah paket lengkap dari seorang negarawan. Beliau adalah guru, aktivis, ulama, cendekia, sekaligus tokoh Hak Asasi Manusia di Indonesia. Insyaallah, husnul khotimah," ujar Khofifah.
rap/vlz (dari berbagai sumber)