Sawah Ekologis Jamin Produksi Beras Vietnam
23 April 2014Padi-padi sudah terlihat menguning di provinsi Kien Giang, tandanya panen bagi para petani di bagian barat daya Delta Mekong. Namun sepanjang pematang sawah terlihat warna-warni yang berbeda, bintik-bintik kuning, oranye dan ungu dari nektar bunga.
Deretan bunga ini bukan sekedar dekorasi. Mereka bagian dari sebuah proyek teknik ekologis yang bertujuan mendorong pemangsa alami hama sehingga penggunaan pestisida dapat berkurang. Proyek ini terutama menarget wereng coklat yang merusak tanaman padi di berbagai penjuru Asia.
Nguyen Van Ray dan istrinya Nguyen Thi Hai memiliki kurang dari sehektar sawah di desa Trung Hoa. Meski mereka masih memakai fungisida, pasangan ini sudah tidak lagi menyemprotkan pestisida.
“Sebelum proyek, setiap minggu kami menggunakan pestisida, 40 hari setelah tabur benih kami berkali-kali pakai pestisida,” ungkap Ray. “Usai mengirigasi sawah, kami menyemprotkan pestisida ke pangkal tanaman.”
Proyek-proyek baru bermunculan
Ray dan Hai adalah satu di antara 45 keluarga di provinsi Kien Giang yang ikut serta proyek teknik ekologis sejak tahun 2011, dijalankan oleh Pusat Perlindungan Tanaman Regional dan Institut Riset Beras Internasional.
Konsepnya diperkenalkan di Cina tahun 2008, dan kemudian di Vietnam dan Thailand. Belum lama ini Filipina juga mengadopsi proyek ini.
Untuk memulai proyek, para petani awalnya diberikan bibit yang kemudian mereka semaikan di pematang sawah dan diirigasi bersama padi. Meski banyak nektar bunga yang mati saat musim kering, cukup banyak yang bertahan dan menjadi benih bagi siklus pertumbuhan padi berikutnya.
Saat bunga mekar, predator seperti tawon kemudian hidup dari serbuk sari dan madu dari tanaman yang berbunga. Tak hanya hidup dari nektar bunga di pematang sawah, mereka juga terbang mencari sarang serangga dan kemudian bertelur di dalam telur yang ada di sarang serangga. Tak lama setelah itu, jumlah serangga berkurang.
Berkat kampanye umum dengan papan iklan, selebaran dan bahkan serial televisi, lebih dari 7.800 petani mengamalkan teknik ekologis di Vietnam. Presentasi teknik ini juga digelar di empat provinsi. Menurut Pusat Perlindungan Tanaman Regional, petani yang ikut serta sudah “secara signifikan mengurangi” pemakaian pestisida dan tidak ada lagi laporan wabah wereng coklat sejak proyek dimulai.
Ketika beras menjadi bisnis besar
Menyusul reformasi kelembagaan dan ekonomi tahun 80-an, Vietnam berubah dari pengimpor beras menjadi pengekspor kedua terbesar, setelah India. Wilayah Delta Mekong memproduksi separuh dari beras negeri.
Salah satu alasan petani meninggalkan pestisida dan beralih ke tanaman berbunga adalah biaya. Pestisida perlu biaya sekitar 450.000 Rupiah per hektar per musim. Membeli bibit bunga hanya sepersekian dari jumlah tersebut.
Desember tahun lalu, pusat perlindungan tanaman di provinsi An Giang, yang berbatasan dengan Kamboja, memutuskan untuk memperluas proyek ke petani sayur-mayur.
"Level penggunaan pestisida pada sayuran tumbuh jauh lebih tinggi dari produksi beras,” jelas petugas Dang Thanh Phong kepada DW. "Petani menyemprotkannya setiap 3-4 hari.”
Petani Huynh Ngoc Dien, salah satu petani sayur yang ikut serta tahap percontohan proyek teknik ekologis, mengatakan bahwa dirinya mengurangi jumlah pestisida yang ia semprotkan hingga 20 persen.