SBY Peringatkan Ancaman Kenaikan Harga
7 Mei 2011Membuka pertemuan puncak hari Sabtu (07/05), Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa ASEAN harus mengambil langkah yang terkoordinasi secara regional dalam menghadapi inflasi. Diperingatkannya, kenaikan harga pangan dan energi bisa dengan cepat menjerumuskan rakyat dalam kemiskinan."Kita mesti memberikan perhatian yang amat serius untuk kerja sama dan upaya nyata mengatasi gejolak harga pangan dan energi dunia, karena dampaknya yang buruk bagi kesejahteraan rakyat kita. “
Pernyataan SBY menggaungkan peringatan PBB dan Dana Moneter Internasional, IMF, bulan lalu mengenai ancaman kenaikan harga pangan dan energi. Dimana inflasi akan lebih terasa di negara-negara berkembang, karena secara prosentual masyarakatnya mengeluarkan lebih banyak penghasilannya untuk itu daripada di negara-negara maju.
SBY pun menyatakan bahwa kenaikan harga pangan merupakan salah satu masalah yang paling kritis di Asia. “Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan dan energi, akan langsung mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk yang miskin. Sedangkan kita sangat tahu dan merasakan, bahwa untuk menurunkan angka kemiskinan adalah sesuatu yang tidak mudah.”
ASEAN bersama Cina, Jepang dan Korea Selatan kini telah sepakat untuk menyiapkan cadangan beras agar terlindung dari gejolak harga sejumlah komoditi. Namun rincian mengenai bagaimana cadangan darurat ini akan berfungsi, masih belum ditetapkan. Selain masalah pangan, SBY juga menyatakan pentingnya diversifikasi pasokan energi, khususnya dengan energi yang terbarukan. Kenaikan harga minyak bumi yang melejit karena pergolakan politik di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara menimbulkan kecemasan bahwa pemulihan ekonomi di kawasan ASEAN akan terhambat. Oleh sebab itu, SBY mendorong pengembangan sumberdaya yang banyak tersedia di kawasan ASEAN, yakni energi air dan panas bumi. Salah satu cara untuk melangkah ke arah ini adalah dengan membangun pusat penelitian yang terkait.
Sebelum pembukaan KTT, di sela-sela pertemuan hari Jumat (06/05), sengketa antara Thailand dan Kamboja kembali mengemuka, setelah Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menuding Thailand berusaha meluaskan wilayahnya ke Kamboja. Hal itu ditepis oleh Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva. Ia juga mengatakan, “Thailand selalu bersedia menyelesaikan masalah dengan cara damai, tapi kami juga butuh jaminan bahwa tidak ada pihak yang berniat menjadikann masalah ini menjadi isu internasional dan membesar besarkan isu ini diluar proporsi”
Konflik perbatasan kedua negara itu merupakan salah satu tantangan bagi ASEAN untuk menjaga kerukunan di kawasan. Masalah sensitif lainnya adalah permintaan Myanmar untuk menjadi tuan rumah bagi pertemuan ASEAN di tahun 2014. Rekor buruk Myanmar dalam menegakkan HAM memicu kontroversi.
afp/ZA/EK
Editor: Edith Koesoemawiria