Seberapa Stabilkah Rusia setelah Pemberontakan Grup Wagner?
1 September 2023Ketika ribuan tentara bayaran Grup Wagner bergerak menuju Moskow dua bulan lalu, mereka hanya menemui sedikit perlawanan. Keesokan harinya, pemimpin mereka, Yevgeny Prigozhin, membatalkan serangan ke Moskow. Sekarang, dia sudah tewas dalam insiden jatuhnya pesawat bersama beberapa orang terdekatnya.
Namun, masyarakat Rusia belum melupakan betapa lemahnya terlihat Presiden Rusia Vladimir Putin ketika pertama kali muncul setelah aksi Wagner dan berbicara tentang "negosiasi", tapi beberapa jam kemudian Putin tampil kembali dan menyebut aksi itu sebagai perbuatan makar dan "pengkhianatan".
Janis Sarts, Direktur Pusat Komunikasi Strategis NATO di Riga, yakin bahwa aksi Grup Wagner merupakan pukulan terhadap otoritas Putin di Kremlin. Martins Vargulis, Wakil Direktur Institut Urusan Internasional Latvia, sependapat. Dia menilai ada kekuatan lain di dalam Rusia yang mengancam kekuasaan Putin.
Sementara itu, inflasi di Rusia terus meningkat, dengan nilai tukar rubel yang terus anjlok terhadap dolar dan euro. Harian pro-pemerintah "Izvestia” mengeluhkan bahwa di luar ibu kota, terdapat antrean panjang di pompa-pompa bensin, dan ini terjadi di Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia.
Upaya agresi Rusia ke Ukraina juga makin melemah. Tidak ada pihak yang masih yakin bahwa Rusia bisa menguasai Ukraina seperti rencana semula. Para petinggi militer di Moskow tadinya mengatakan, Ukraina bisa dikuasai "hanya dalam hitungan hari”. Kenyataannya, pasukan Rusia malah berhasil dipukul mundur dan hanya bisa bertahan karena bantuan para serdadu bayaran Grup Wagner.
Apakah Putin kehilangan kekuasaannya?
Stefan Meister dari tangki pemikir Jerman untuk hubungan luar negeri, DGAP, berpendapat bahwa Putin masih tetap kuat. Dia mengatakan kepada DW, Putin berhasil memenangkan hati sebagian besar masyarakat Rusia, juga melalui penindasan dan propaganda. Rusia juga berhasil menghadapi sanksi Barat sampai tingkat tertentu.
Dia mengatakan, memang ada penurunan kesejahteraan di kalangan penduduk Rusia. Namun, Rusia tidak bisa dikatakan sedang mengalami perpecahan dan Vladimir Putin juga tidak menunjukkan tanda-tanda kelemahan.
Stefan Meister yakin, jika suatu hari Putin menghadapi tantangan, hal itu akan dilakukan oleh seseorang dari dalam aparat keamanan, bukan karena pihak luar. Namun saat ini, dia percaya bahwa Putin "berada di posisi yang kuat” dan punya sumber daya yang cukup untuk melanjutkan perangnya melawan Ukraina selama dua atau tiga tahun ke depan.
Tobias Fella, peneliti di Institute for Peace Research and Security Policy, IFSH, sependapat bahwa Rusia saat ini tidak sedang menghadapi ketidakstabilan yang signifikan. Yang bisa menjadi masalah bagi Kremlin, kata dia, jika pemerintah Rusia harus mengerahkan lebih banyak pasukan atau situasi ekonomi memburuk secara drastis.
Siapa yang bisa menantang Putin?
Beberapa pakar Barat berspekulasi bahwa Kremlin sendiri mungkin yang menyebarkan narasi bahwa Rusia sedang berada di ambang kekacauan. Tujuannya adalah untuk melemahkan dukungan Barat terhadap Ukraina. Namun, Stefan Meister berpendapat lain. Menurut dia, kematian Prigozhin menunjukkan kekuatan Putin. Yang bisa menggoyang posisi Putin suatu hari nanti hanya badan intelijen atau aparat keamanan, katanya.
Menurut Stefan Meister, kekalahan kecil militer Rusia di Ukraina tidak membahayakan kekuasaan Putin. Satu-satunya hal yang mungkin membuat perbedaan, katanya, adalah jika Ukraina berhasil merebut kembali Krimea dan seluruh wilayahnya yang saat ini diduduki oleh Rusia.
(hp/yf)