Selamatkan Lumba-Lumba Lewat Ekoturisme
22 Maret 2013Dua ikan lumba-lumba berloncatan di sungai Mekong di timur Kamboja, menghampiri perahu yang dipenuhi turis. Kesannya seperti atraksi wisata biasa. Padahal ada alasan serius di balik tur melihat lumba-lumba ini. Karena lumba-lumba di sungai Mekong, lumba-lumba Irrawady, terancam eksistensinya. Ekoturisme adalah strategi untuk memastikan kelangsungan hidup hewan tersebut.
Tidak jauh dari perahu turis sudah tampak bahaya pertama. Pengawas sungai Pech Sokhan menarik dua jaring besar. Walau dilarang memasang jaring di sungai, tetap saja ditemukan jaring nelayan yang bisa menjerat dan membunuh lumba-lumba tersebut. Pech adalah satu dari 77 pengawas yang berpatroli sepanjang sungai Mekong wilayah Kamboja.
Jaring Pembunuh Lumba-lumba
Jaring insang yang dibiarkan lama di dalam air adalah penyebab utama kematian lumba-lumba Irrawady dewasa. Demikian menurut Gordon Congdon dari WWF. Tapi tingginya angka kematian anak lumba-lumba, penyakit dan ruang hidup yang semakin sempit, ikut berperan dalam menurunnya populasi lumba-lumba Irrawady. Menurut pemerintah Kamboja, jumlah lumba-lumba Irrawady yang tersisa ada 180 ekor, sementara WWF menyebut angka 85.
Ikan lumba-lumba Irrawaddy bisa ditemukan di daerah pantai di Asia Selatan dan Tenggara, dan di tiga sungai: Mekong, Ayeyarwardy di Myanmar dan Mahakam di Pulau Kalimantan, Indonesia. Tapi populasi terbesar ada di Kamboja.
Zona Lindung Bagi Ikan
Agustus tahun lalu, pemerintah Kamboja menetapkan zona perlindungan sepanjang 180 kilometer dari kota Kratie hingga perbatasan ke Lais. Jaring insang dan keramba ikan dilarang di sana. Namun, pelanggaran tidak akan dihukum berat. Jaring yang ditemukan akan dimusnahkan. Ini pukulan berat bagi keluarga miskin yang hidup di sepanjang sungai Mekong. Awal Desember tahun lalu 8000 meter jaring ikan ditemukan. Dua ikan lumba-lumba terjebak dalam jaring.
Selama kemiskinan belum teratasi, perang melawan metode penangkapan yang menyebabkan kematin tidak akan berhasil. Sumber pemasukan alternatif seperti ekoturisme, bisa mengalihkan fokus warga dari menangkap ikan secara ilegal.
Pemasukan dari Ekoturisme
30.000 turis datang ke sungai Mekong untuk melihat lumba-lumba langka tersebut. Ini kenaikan yang luar biasa, ujar Touch Seang Tana dari komisi perlindungan lumba-lumba pemerintah Kamboja. Tahun 2000 hanya ada 50 turis. Tur dengan perahu dan penjualan suvenir memberikan penghasilan cukup bagi penduduk. Proyek ekoturisme sudah dimulai di 37 desa.
Pengawas sungai Pech yakin, ekoturisme dan peraturan baru akan membawa perubahan positif di zona lindung. "Jika jaring insang kami musnahkan, warga tidak berani menentang karena mereka tahu ini perbuatan ilegal. Dulu mereka mengusir kami dengan menggunakan pisau."
vlz/dk (afp, antara)