Senjata Kimia Digunakan dalam Perang Suriah?
21 Maret 2013Sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon menyatakan, ia yakin bahwa penggunaan senjata kimia oleh pihak manapun dan dalam situasi apapun adalah suatu ”kejahatan luar biasa”, demikian keterangan dari kantor PBB.
Pemerintah Presiden Bashar al Assad di Damaskus menuduh kelompok pemberontak telah menggunakan senjata kimia dalam sebuah serangan hari Selasa (19/03), yang menurut mereka telah menyebabkan 16 orang tewas dan 86 orang luka-luka. Tapi pihak pemberontak sebaliknya menuduh pihak pemerintah Suriah melakukan serangan dengan senjata kimia memakai sebuah roket Scud.
Ban Ki Moon dan Direktur Jendral Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, Ahmet Uzumcu ”sangat prihatin dengan laporan-laporan tentang penggunaan senjata kimia di Suriah”, demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan PBB.
Pemerintah Amerika Serikat membantah klaim Damaskus tentang senjata kimia yang digunakan pemberontak. Amerika menuduh rejim Assad berusaha mengalihkan perhatian dari kejahatan perang yang dilakukannya.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan, mereka memiliki ”informasi” bahwa kelompok pemberontak telah menggunakan senjata kimia. Departemen Luar Negeri AS menerangkan, mereka akan meminta informasi dari Moskow dan melakukan verifikasi tentang tuduhan itu.
Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland mengatakan, Washington mengamati “dengan cermat semua tuduhan yang disampaikan oleh pihak oposisi”, bahwa rejim di Suriah bertanggung jawab atas serangan dengan senjata kimia. “Kami akan berkonsultasi secara intensif dengan mitra-mitra kami dalam hal ini”, kata Nuland.
Jurubicara Gedung Putih Jay Carney kembali mengingatkan, pemerintahan Obama sejak lama sudah menyatakan bahwa penggunaan senjata kimia adalah sebuah ”garis merah”. Damaskus akan diminta bertanggung jawab, jika garis itu dilewati.
Pemerintah dan Pemberontak Saling Tuduh
Menteri Informasi Suriah Omran al Zoabi menerangkan, pihak pemberontak menembakkan roket dengan senjata kimia di kota Khan al-Assal, di barat daya Aleppo. Ia menyebut hal ini sebagai ”eskalasi berbahaya” dan sebagai ”tindakan buruk pertama” yang dilakukan oleh pemerintahan interim kelompok oposisi. Kalangan oposisi dalam pertemuan di Turki, Selasa (19/03), memilih Ghassan Hitto, pakar komunikasi yang lama tinggal di Amerika Serikat, sebagai Perdana Menteri di kawasan yang dikuasai oleh pemberontak.
Omran al Zoabi menuduh Turki dan Qatar bertanggung jawab secara moral dan politis atas serangan dengan senjata kimia, karena mereka mendukung pemberontak. Tapi para komandan Tentara Pembebasan Suriah membantah tuduhan itu dan menyalahkan pasukan pemerintah.
"Kami mendengar laporan pada pagi hari tentang serangan rejim di Khan al-Assal, kami percaya mereka menembakkan roket Scud dengan senjata kimia”, kata Qassim Saadeddine, juru bicara kelompok pemberontak di Aleppo.
Masih belum jelas, pihak mana yang melakukan serangan dengan senjata kimia. Pemerintah Suriah memang memiliki senjata kimia, tapi belum pernah menggunakannya dalam konflik ini. Sementara pihak pemberontak belum pernah dilaporkan memiliki senjata kimia.
HP/DK (rtr, afp, dpa)