Serangan di Aleksandria Aksi Pengecut Teroris
3 Januari 2011Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung berkomentar
"Kemarahan terhadap pihak otoritas negara yang dianggap tidak mampu dan korup, meluas keluar kubu Islamistis. Sejumlah warga Kristen melihat pada sistem Mubarak marginalisasi secara terarah semua warga Koptik. Bahkan jika Mubarak di negaranya yang berpenduduk 80 juta jiwa memperkuat keamanan bagi sekitar 8 juta warga Kristen, diperhitungkan akan terjadi serangan berikutnya. Sasaran perhitungan pelaku serangan di Aleksandria adalah menjelang pemilihan presiden September mendatang menciptakan segala bentuk instabilitas yang merupakan syarat berakhirnya era Mubarak. Untuk itu menyulut perang di antara umat beragama bukanlah sasaran melainkan sarana untuk mencapai tujuan.“
Sementara harian Perancis Le Figaro menulis
“Para teroris Al qaida tidak berhasil mengusir musuh luar biasa dari kawasan-kawasannya, jadi mereka kini mengarahkan sasaran terhadap mereka yang dianggap sebagai mitra musuh bebuyutannya Barat. Dengan serangan ini teroris kembali membuktikan sikap pengecutnya dan pandangan sasarannya yang gila. 100 anggota parlemen Perancis menyerukan dukungan kepada dunia Arab. Gagasan ini disambut baik. Juga patut dikagumi keberanian warga Kristen Koptik di Mesir, yang tidak ingin menerima kekerasan ini sebagai nasib. Menjadi tugas pemerintahan di Timur Tengah untuk melindungi warga minoritasnya. Tapi masalahnya adalah apakah keingingan politik untuk itu ada.”
Komentar terakhir tentang serangan berdarah terhadap warga Kristen Koptik di Aleksandria ditulis harian Jerman Frankfurter Rundschau
"Apa yang kini terjadi di Aleksandria memiliki dimensi sangat baru. Penyerang mengemban tugas Al Qaida yang simpatisannya di kota pelabuhan di Laut Tengah berpenduduk empat juta jiwa itu semakin besar. Presiden Husni Mubarak setidaknya tampak sudah menduga apa yang dapat mengancam negaranya. Kelompok Islamis Mesir di masa depan akan semakin tenggelam ke politik bawah tanah. Dan pengaruh sayap-sayap moderat akan semakin berkurang. Meski demikian kaum fanatis yang gelap mata di pinggir-pinggirnya dapat memiliki pikiran yang benar-benar bodoh.“
Dyan Kostermans/dap/AFP
Editor: Hendra Pasuhuk