Shah Rukh Khan: Dilema Muslim di Bollywood
31 Januari 2013Aktor Bollywood Shah Rukh Khan menekankan bahwa dirinya merasa 'aman dan bahagia' setelah artikel mengenai dirinya sebagai seorang Muslim di India yang mayoritas Hindu mendorong debat di India dan bahkan dunia.
Dalam artikel untuk majalah Outlook yang terlampir pada harian The New York Times, Khan menulis bahwa dirinya kadang-kadang menjadi 'obyek para pemimpin politik yang memilih untuk menjadikannya simbol bagi segala hal yang dianggap salah dan tidak patriotik mengenai Muslim di India.' Khan juga mengatakan dirinya terkadang dituding memiliki titik lemah terhadap negara Muslim tetangga Pakistan dan pernah didesak sejumlah petinggi untuk meninggalkan India dan kembali ke negara yang mereka sebut sebagai 'tanah air Khan yang sebenarnya.'
Khan, seperti sejumlah aktor Bollywood beragama Islam lainnya, mempunyai akar keluarga di Peshawar, sebuah kota di barat laut Pakistan. Legenda Bollywood lainnya, Yousuf Khan, yang memiliki nama tenar Dilip Kumar, lahir di Peshawar.
Khan yang dianggap bintang film terbesar di India sangat populer baik di kalangan Hindu maupun Muslim. Ia telah membintangi sekitar 75 film, termasuk film-film terlaris India. Khan bisa disebut sebagai aktor India paling populer di dunia.
'Nasihat yang tidak diminta'
Menteri Dalam Negeri Pakistan Rehman Malik menanggapi artikel Khan dengan melempar saran kepada pemerintah India untuk memperketat pengamanan terhadap aktor tersebut. New Delhi membalas komentar Malik dengan tajam dan balik menganjurkan Malik untuk mengurusi keamanan warga Pakistan daripada memberi nasihat perihal Khan.
Hari Selasa, tanggal 29 Januari, Khan membacakan sebuah pernyataan kepada kalangan wartawan dan mengatakan artikelnya telah 'diputar-putar tanpa alasan.'
"Artikel saya tidak menyebutkan atau menyiratkan secara langsung maupun tidak langsung bahwa saya merasa tidak aman, bermasalah ataupun terganggu di India," jelasnya. "Saya ingin mengatakan kepada semua pihak yang menawarkan nasihat yang tidak diminta kepada saya bahwa kami di India merasa benar-benar aman dan bahagia. Kami punya cara hidup luar biasa yang demokratis, bebas dan sekuler."
Khan dan Hindu sayap kanan
Namun Khan memiliki hubungan yang sulit dengan kelompok Hindu sayap kanan di India, terutama dengan organisasi konservatif kanan Shiv Sena. Sena mempunyai basis dukungan besar di ibukota finansial India, Mumbai, yang juga menjadi markas Bollywood. Partai tersebut terkenal lantang melawan Pakistan dan Muslim.
Pada tahun 2010, Shiva Sena memboikot film Khan "My Name is Khan" (seputar kehidupan seorang autis Muslim Amerika pasca 11 September) setelah Khan berbicara membela pemain-pemain kriket Pakistan yang bermain untuk Liga Utama India (IPL). Khan menolak meminta maaf kepada Bal Thackeray, ideolog dan pemimpin Sena saat itu, atas komentarnya.
Pengamat menilai insiden semacam ini menjadi alasan bagi banyak kelompok sayap kanan Pakistan dalam menuding India memperlakukan warga Muslim dan para bintang beragama Islam dengan buruk. Partai-partai Islam di Pakistan kerap menggunakan insiden di India untuk mengklaim bahwa Pakistan adalah tempat yang lebih baik untuk Muslim daripada India.
Tidak mengherankan, ketua organisasi militer terlarang Pakistan Lashkar-e-Taiba (LeT) Hafiz Saeed - yang dituduh New Delhi sebagai dalang serangan teror Mumbai tahun 2008 - merespon artikel Khan dalam sebuah pernyataan dan mengajaknya bermigrasi ke Pakistan apabila Khan tidak merasa aman di negaranya sendiri.
Seniman Muslim di Bollywood
Peerzada Salman, seorang kritikus budaya pada surat kabar Pakistan 'Dawn,' berkata kepada DW bahwa Khan adalah seorang aktor fenomenal dengan banyak pemuja baik di India maupun Pakistan. Ia menilai Khan selalu menjadi 'orang luar' dalam industri film India dan kesuksesannya membuat banyak orang cemburu.
"Saya ingat saat Khan mulai populer pertengahan 90-an, seorang jurnalis India menulis artikel menghubungkan kesuksesan Khan dengan naskah dalam bahasa Urdu yang menurut sang jurnalis adalah bahasa Muslim," Salman berkisah, menunjukkan adanya perpecahan Urdu-Hindi di India. Namun ia juga menambahkan bahwa hanya sedikit warga India yang mempercayai hal ini.
"Seniman Muslim selalu mendominasi industri film India," imbuh Salman. "Pada tahun 50-an, para aktor, penulis dan musisi Muslim berkontribusi bagi pertumbuhan industri dalam skala besar. Sebaliknya, industri film Pakistan tidak mampu berkembang dan seniman Muslim yang bermigrasi dari India ke Pakistan tidak dapat mendulang sukses."
Kritikus film seperti Salman menilai tidak adil untuk membagi-bagi industri film India menurut garis-garis religi.
"Menurut saya ini salah Shah Rukh Khan juga. Ia selalu emosional menyangkut hal-hal seperti ini. Ini juga menyangkut temperamennya."
Reaksi seniman Pakistan
Aktor dan penari Pakistan yang tinggal di Karachi, Suhaee Abro, memandang Mendagri Malik sangat munafik karena menyuruh pemerintah India untuk meningkatkan pengamanan Khan. Menurut Abro, justru Pakistan yang tidak aman bagi para seniman.
"Guru tari saya Sheema Kirmani seringkali diancam (karena mengorganisir pertunjukan-pertunjukan tari). Para Mullah mengancam untuk menyerang sebuah sekolah musik di Karachi, tempat saya pernah mengajar. Tapi kami tetap bekerja. Bahkan semakin banyak orang yang menggeluti seni pertunjukan," kata Abro kepada DW.
Khizar Sharif, seorang penggemar Bollywood di Karachi, berkata kepada DW bahwa orang-orang seperti Hafiz Saeed dari LeT sebaiknya 'menutup mulut mereka dan mengurusi kehidupan sendiri.'
"Saeed yang mencoba menghancurkan perdamaian antara India dan Pakistan," ujar Sharif. "Dan Malik seharusnya fokus kepada kerjaannya sebagai menteri luar negeri dan bukan mengkhawatirkan 'Raja Bollywood.'"
Penggemar Bollywood lainnya Zakria Zubair di Islamabad kepada DW mengatakan bahwa Malik 'mempunyai reputasi, kerap membuat pernyataan bodoh dan kemudian menariknya kembali.'
"Media India harus menyadari bahwa tidak ada seorang pun di Pakistan yang menilai penting pernyataan apapun yang terlontar dari mulut Malik. Seluruh isu ini begitu dibesar-besarkan. Media India harus menyudahi obsesinya terhadap Hafiz Saeed," Zubair berkomentar.
Lampaui perbatasan
Khan juga sangat populer di Eropa dan Jerman. Bagi banyak warga Jerman, Bollywood begitu sinonim dengan Shah Rukh Khan. Film-film Khan ditayangkan secara reguler di saluran-saluran televisi Jerman.
Baik Sharif maupun Zubair menilai popularitas Khan melampaui baik batasan negara maupun agama.
"Tidak ada dua pendapat bertentangan mengenai popularitas Shah Rukh Khan di Pakistan. Anda dapat melihat anak-anak menari dengan lagu-lagu Khan dan para lekaki muda benar-benar mempercayai karakter-karakter romantis yang diperankan Khan," ungkap Sharif kepada DW.
Zubair juga yakin bahwa Khan 'benar-benar populer' di kalangan hampir seluruh kelas sosial-ekonomi di Pakistan. "Setiap perempuan diam-diam menginginkan pacar, tunangan atau suaminya seperti Khan. Begitu populernya dia."
Terlepas dari apakah Khan memutuskan untuk pindah ke Pakistan atau tetap tinggal di India, sang mega-bintang tak diragukan lagi pasti diterima di negara manapun.