Shirin Ebadi: Pemerintah Tidak Bisa Bungkam Warga
5 Januari 2018Huru-hara di Iran belakangan ini telah menarik perhatian dunia. Sedikitnya 21 orang tewas dan ratusan ditangkap sejak 28 Desember lalu, setelah demonstrasi akibat masalah ekonomi berubah menjadi kemarah terhadap rezim, yang disertai serangan massa terhadap gedung-gedung pemerintah dan kantor polisi.
Kalangan politik Iran bersatu menghadapi huru-hara. Bahkan politisi yang mendukung reformasi mengecam kekerasan yang terjadi. Pemerintah, dan terutama pemimpin utama Ayatollah Ali Khamenei menyatakan aksi protes diarahkan dari luar Iran.
Pemerintah menyatakan telah berhasil menghentikan "hasutan". Kamis (04/01) lalu diadakan demonstrasi besar-besaran mendukung pemerintah, dan polisi semakin banyak dikerahkan di seluruh negeri.
Sementara itu, jejaring sosial Telegram dan Instagram telah diblokir di jaringan telefon seluler, setelah mengalami gangguan begitu aksi protes mulai. Atas dasar permintaan AS, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat hari Jumat untuk diskusikan gelombang protes di Iran.
Dalam sebuah wawancara dengan DW, pemenang Nobel Perdamaian Shirin Ebadi menyatakan pendapat menyangkut demonstrasi dan proses reformasi politik di Iran.
DW: Protes anti pemerintah di Iran sepertinya sudah surut setelah kehadiran aparat keamanan ditingkatkan di mana-mana. Apakah menurut Anda demonstrasi punya potensi untuk berkembang menjadi gerakan besar?
Shirin Ebadi: Turunnya rakyat Iran ke jalan didasari hak-hak mereka yang dijamin konstitusi Iran. Menurut konstitusi, demonstrasi dan perkumpulan tidak perlu ijin apapun. Tetapi pemerintah Iran selalu meremehkan hak-hak rakyat. Saat ini, karena tekanan dan kekerasan yang dilancarkan pemerintah, kehadiran rakyat di jalan-jalan berkurang.
Tetapi di kota-kota kecil, rakyat masih berdemonstrasi di jalan-jalan. Bahkan mereka yang telah kembali ke rumah akan kembali berdemonstrasi dan itu akan terjadi tidak lama lagi.
Mereka akan menjerit bahwa mereka tidak punya pekerjaan, kelaparan dan tidak punya prospek ekonomi apapun. Pemerintah tidak mungkin membungkam rakyat yang kelaparan selamanya dan harus mendengarkan teriakan mereka.
Mayoritas masyarakat tidak ikut memprotes pemerintah. Kelas menengah tidak mendekat dan tetap skeptis. Mengapa?
Kelas menengah mendukung protes anti pemerintah dengan cara mereka sendiri. Tetapi pemimpin politik tidak termasuk kelas menengah atau kaum elit ekonomi.
Kaum elit mendukung demonstrasi dengan mempublikasikan sebuah pernyataan. Para pembela hak asasi, pengacara dan penulis mengeluarkan pernyataan mendukung demonstran. Sejumlah seniman juga menyatakan dukungan. Tapi jangan lupa, protes rakyat biasa kali ini kencang. Dan mereka yang memprotes di jalan-jalan tidak harus khawatir kehilangan sesuatu. Sebaliknya, mereka yang takut akan kehilangan sesuatu harus lebih hati-hati. Kelas menengah tidak kelaparan seperti mereka yang turun ke jalan. Tetapi mereka juga mendukung aksi protes.
Di Iran, tampaknya sebagian besar orang tidak puas dengan situasi saat ini, tapi banyak yang mengatakan, mereka tidak melihat adanya alternatif bagi situasi politik saat ini. Sebagai aktivis HAM, apa yang jadi langkah pertama yang harus diambil pemerintah untuk mereformasi sistim politik?
Permintaan jelas ada. Rakyat Iran ingin agar referendum diadakan, di bawah pengawasan PBB, untuk menyatakan tuntutan mereka, dan mengemukakan pemerintahan seperti apa yang mereka inginkan.
Jelas sampai sekarang pemerintah tidak peduli dengan tuntutan referendum. Tapi orang harus secara damai menyatakan tuntutan dan ikut pergumulan untuk hak sipil dan menekan pemerintah untuk mengadakan referendum dan melaksanakan keinginan rakyat.
Saya mengimbau rakyat untuk menghindari kekerasan, melainkan menggunakan hak-hak hukum untuk menekan pemerintah. Misalnya, jika punya uang di bank, mereka menarik semua uangnya dari bank. Langkah seperti ini akan merusak ekonomi bank negara dan akhirnya bangkrut.
Cara lain: jangan membayar air, gas, pajak dan layanan masyarakat untuk menekan pemerintah dari segi ekonomi. Bentuk-bentuk protes tanpa kekerasan seperti ini tidak berbahaya, karena tidak ada yang terbunuh atau ditangkap. Tetapi pemerintah mengalami tekanan dan akhirnya terpaksa mengikuti kehendak rakyat.
Shirin Ebadi yang berasal dari Iran, adalah pengacara, mantan hakim dan aktivis HAM. Untuk kontribusinya bagi demokrasi dan HAM ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2003.
Pewawancara: Shabnam von Hein (ml/vlz)