Sindikat "Peternakan Bayi" di Sri Lanka
22 September 2017Pemerintah Sri Lanka mengaku sekitar 11.000 bayi menjadi korban perdagangan manusia. Selain dibeli, sebagian besar dari bayi tersebut juga diculik dari orangtua biologis mereka. Bayi-bayi tersebut telah diadopsi secara ilegal oleh keluarga yang berasal dari Belanda, Inggris, Swedia dan Jerman sejak tahun 1980.
Menteri Kesehatan Sri Lanka, Rajitha Senaratne mengungkapkan fakta ini saat diwawancarai jurnalis investigasi Belanda untuk program dokumentasi "Zembla" yang disiarkan Rabu (20/09). Pemerintah Sri Lanka pun berencana membangun bank data DNA untuk membantu keluarga yang ingin mencari anak mereka.
"Pemerintah menaruh perhatian serius terhadap kejadian ini," ungkap Senaratne seperti dikutip surat kabar Belanda, Algemeen Dagblad. "Peristiwa ini telah mencederai hak asasi para keluarga."
Hasil investigasi juga mengungkapkan ada skema yang dikenal dengan sebutan "peternakan bayi", dimana perempuan secara sengaja hamil untuk tujuan adopsi. Selain itu ada juga skema penculikan bayi dari rumah sakit. Seorang ibu mengaku dulu diberitahu bahwa bayinya meninggal tak lama setelah lahir. Namun, seorang kerabat sempat melihat dokter meninggalkan rumah sakit sambil menggendong bayinya.
Sindikat kriminal juga terkadang menyewa "seorang aktor gadungan" untuk berpura-pura sebagai ibu biologis ketika menemui pasangan asing yang ingin mengadopsi anak. Sebagian dari ibu palsu ini mengaku dibayar oleh karyawan rumah sakit.
Kondisi Terpenjara
Modus kejahatan seperti ini berkembang luas di Sri Lanka pada tahun 1980-an. Adopsi besar-besaran dari Sri Lanka menurun drastis ketika terjadi razia "peternakan bayi pada tahun 1987 menemukan 22 perempuan dan 20 bayi yang tinggal dalam ruangan mirip penjara.
Menteri Keamanan dan Keadilan Belanda, Klaas Dijkhoff menyatakan segera menemui pemerintah Sri Lanka untuk membahas bank data DNA dan berbagai kerjasama lainnya terkait kejadian ini. Dia menyebutkan tengah menyelidiki "bagaimana pembagian peran dan tanggung jawab, serta pengawasan yang dilakukan ketika itu, secara spesifik organisasi mana dan siapa pihak yang terlibat."
Zembla, program yang ditayangkan oleh lembaga siaran publik VARA dan NPS, dikenal luas karena pernah mengungkap skandal yang menyeret politisi kontroversial dan aktivis asal Belanda, Ayaan Hirsi Ali. Ia akhirnya mengundurkan diri sebagai anggota parlemen pada tahun 2006 karena terbukti berbohong tentang stasusnya sebagai pencari suaka ketika tiba di Belanda.