Sinterklaas dengan Sertifikat
7 Desember 2012Di sebuah restoran di Köln Stefan Dößereck sedang menata meja. Untuk penganan kecil ada kue spekulasius di meja, dan di depan calon Sinterklaas itu ada serbet tisu Sinterklaas. Setiap tahun di bulan November bagi Dößereck dimulai musim kerja Sinterklaas. Kini ia kembali memulai kursus bagi Sinterklaas yang di Jerman disebut "Weihnachtsmann". Untuk pelatihan kali ini ada 15 peserta yang mendaftar. Dalam suasana pembicaraan yang tenang, pria asal Köln itu menjelaskan apa yang harus dikuasai untuk menjadi Weihnachtsmann. Mereka harus pandai dan dapat melakukan pendekatan terhadap anak-anak tapi mampu bersifat mendidik.
Kimono Mandi Merah dan Janggut Putih PanjangTabu
Di gantungan pakaian tergantung berbagai jubah merah. Ini ditunjukkan Dößereck kepada para peserta dan menjelaskan apa yang boleh dan apa yang tidak. Pimpinan kursus itu amat memperhatikan agar para “Weihnachtsmann” tidak tampil dengan kimono mandi merah dan janggut putih panjang. Seorang Pria Natal (Weihnachtsmann) yang sesungguhnya harus mengenakan topi khas Santa Claus, janggut, wig dan sarung tangan putih. Biaya yang dikeluarkan untuk kostum Sinterklaas yang baik, harus mengeluarkan investasi sekitar 500 Euro, kata Dößereck. Yang juga penting adalah, mereka tidak mengenakan perhiasan dan tindik tubuh.
Selama penampilan mereka juga tidak boleh minum, melakukan pembicaraan telefon atau merokok. "Semua aktivitas duniawi yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari, tidak boleh dilakukan jika memakai kostum. Di saat ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, ia bukan Sinterklaas lagi."
Sinterklaas Perempuan Punya Masalah Otentisitas
Peserta kursus beragam, mulai dari mahasiswa, Sinterklaas berpengalaman juga peserta perempuan. Kali ini diantara perempuan ada Annegret, namun ia hanya datang untuk menemani Willi dari Celle, negara bagian Niedersachsen. Pintu juga terbuka bagi perempuan, meskipun demikian mereka punya masalah dengan otentisitas atau keaslian: "Anak-anak tidak menerima Sinterklaas perempuan, oleh sebab itu kami menawarkan para perempuan menjadi pendamping kami sebagai malaikat, karena itu juga penting.“Dößereck menegaskan kepada para peserta kursus, bahwa sebagai Sinterklaas tujuan utamanya bukan mencari uang melainkan terutama sebagai kesenangan. "Saya ikut kursus ini agar saya dapat membuat wajah anak-anak tertawa dan dengan demikian mereka kembali percaya terhadap Sinterklaas, seandainya mereka lupa akan hal itu.“ Disampaikan seorang peserta kursus yang menganggap penting pandangan tersebut.
Nonton Televisi dengan Kostum
Di luar masa Natal Dößereck mencari penghasilan sebagai konsultan iklan dan cenderung memandang pekerjaannya sebagai Sinterklaas sebagai pekerjaan sampingan dan kegemaran. Kegemaran ini sudah dijalaninya selama 18 tahun dan sudah mengalami berbagai hal. Sejak 13 tahun terakhir ia menawarkan kursus Sinterklaas, yang bagi para peserta pertama biayanya 25 Euro. Bagi Dößereck itu semacam iuran perlindungan, agar benar-benar hanya peminat yang datang, yang serius ingin melakukan pekerjaan tersebut. Makna di balik kursus itu adalah pemberian pengetahuan, ia ingin agar calon-calon Sinterklaas atau Weihnachtsmann dipersiapkan dalam tugasnya. Untuk melindungi para pendatang dari kemungkinan kesalahan, Dößereck masih memberikan tip yang berharga. "Pakailah kostum Sinterklaas kalian dan duduklah dengan tenang di depan televisi selama satu jam. Maka kalian akan merasakan, dimana pada tubuh yang menjadi hangat? Di mana janggutnya menekan dan di mana karet pada rambut palsu terasa menjepit?
Penyerahan Sertifikat Bagi Calon Sinterklaas
Setelah tiga jam kursus hampir berakhir. Setelah peserta menerima jawaban untuk pertanyaan terakhir mereka, bagi para calon Sinterklaas diberikan sertifikat. Peserta kursus Christian sudah memegang sertifikat di tangannya dan sangat bersemangat. "Saya rasa sangat menarik, dimana orang menjadi memperhatikan banyak hal. Apa yang dapat terjadi pada seseorang (dalam pekerjaannya sebagai Sinterklaas) dan tanggung jawab apa yang dimiliki seseorang jika mengunjungi sebuah keluarga, agar orang tidak langsung ditolak.“ Dan pada akhirnya semua peserta mencoba kostum-kostumnya. Mereka mengenakan jubah merah dan mencari asesoris lainnya dalam karton, di mana terdapat janggut, rambut palsu dan sabuk. Tiba-tiba saja ruangan jadi penuh dengan para Sinterklaas. Kini para peserta sudah siap untuk selanjutnya menjadi Sinterklaas atau Weihnachtsmann.