Sisi Gelap Industri Energi Surya
30 Juli 2012Q-Cells, Sovello, Solom dan First Solar: daftar panjang perusahaan-perusahaan energi surya Jerman yang dalam beberapa bulan terakhir menyatakan bangkrut. Perusahaan-perusahaan yang beberapa tahun lalu merayakan sukses besar kini mencemaskan masa depan mereka. Penyebabnya adalah energi surya yang murah dari Cina. Untuk membendung gelombang kebangkrutan industri energi surya Eropa, sekitar 20 perusahaan Eropa mengajukan pengaduan kepada Komisi Eropa.
“Persaingan benar-benar menjadi rusak. Kami harus menghadapi harga dumping yang ditawarkan perusahaan energi surya Cina. Ini menyebabakan, produsen Eropa yang ingin melakukan perdagangan secara adil menghadapi situasi yang sulit,” dikatakan Milan Nitzschke dari perusahaan energi surya SolarWorld, yang juga bertindak sebagai juru bicara Pro Sun, yang mengajukan gugatan kepada Komisi Eropa. Perlu dilakukan satu tindakan, tuntut Nitzshke. Namun industri energi surya Eropa terpecah menanggapi masalah ini. Dan para pakar menganggap, tuntutan diberlakukannya tarif proteksi sebagai tidak masuk akal.
Sinar Matahari Berlimpah
“Persaingan memang baik, namun harus berjalan dengan persyaratan yang adil, dan ini tidak ada sekarang,“ dikatakan Claudia Kemfert dari Institut Jerman untuk Riset Ekonomi. Karenanya gugatan tersebut beralasan. Menurut perkiraan, sekitar 80 persen energi surya di Jerman berasal dari perusahaan Cina. Kelebihan produksi, tekanan harga dan subsidi yang berkurang merupakan perjuangan yang harus dihadapi industri energi surya Eropa saat ini.
Bagi beberapa pakar, gugatan ProSun bagaimanapun tidak beralasan. “Memang benar bahwa produk dijual di bawah harga produksi. Namun tidak benar bahwa harga murah tersebut ditujukan untuk merugikan perusahaan Jerman,“ demikian Eicke Weber dari Fraunhofer Institut untuk Sistem Energi Surya. Total kapasitas produksi energi surya di seluruh dunia sebesar 60 gigawatt, tapi hanya 30 gigawatt yang dijual, papar Eicke Weber. “Terdapat kelebihan produksi di seluruh dunia. Artinya, terdapat perusahaan yang menghadapi kekurangan likuiditas, sehingga bersedia menjual produk lebih murah dari harga pasar, bahkan lebih murah dari biaya produksi.“
Industri Surya dalam Konflik
Polysilicon, mesin dan kaca khusus dari Jerman – sekitar 60 persen komponen panel surya yang diproduksi di Cina berasal dari Jerman. Tentu saja gugatan ProSun mengundang kemarahan beberapa perusahaan, “Perbedaan pendapat mengenai syarat persaingan yang sama hanya dapat diselesaikan dalam dialog politik,“ demikian pernyataan Wacker Chemie AG, perusahaan polysilicon yang menjual produksnya ke lebih dari 100 negara di dunia. Dan tindakan koersif dapat menghambat persaingan dan memicu perang dagang, yang dapat mengakibatkan kerugian bagi seluruh perusahaan yang bergerak di bidang energi surya.
Sementara itu, perusahaan asal Cina Suntech, yang memiliki perwakilan di Jerman, membela diri terhadap tuduhan dumping dan menganggap tidak melanggar peraturan yang diberlakukan Organisasi Perdagangan Dunia WTO. “Pasar terbuka sangat penting untuk membuat harga energi surya terjangkau,“ dikatakan juru bicara Suntech Björn Emde. “Kepemimpinan Jerman dalam bidang teknologi tidak terancam. Yang mengahadapi ancaman adalah produksi massal. Dan kami milihat persamaan seperti dalam bidang komputer dan ponsel. Karena terdapat juga kecendrungan untuk memindahkan tempat produksi ke negara-negara yang biayanya lebih rendah,“ dikatakan Emde.
Tarif Proteksi
“Jika Uni Eropa melakukan tindakan melawan harga dumping, masa depan terlihat sangat baik,“ dikatakan Nizschke dari ProSun. Tindakan yang dimaksud adalah menaikkan bea yang dapat menaikkan harga panel surya. Dua bulan lalu, Departemen Perdagangan Amerika Serikat memberlakukan bea sementara terhadap panel surya dari Cina. Keputusan akhir direncanakan akan dikeluarkan dalam beberapa beulan mendatang. Eicke Weber menganggap langkah ini tidak efektif, “Tarif proteksi sangat membahayakan pasar dunia. Ini dapat menjadikan harga energi surya di Jerman kembali mahal.” Eropa tergantung pada ekspor, kata Weber. “Sebenarnya kita kita harus mendukung perdagangan bebas, bukannya memberlakukan tarif proteksi.“
Memberlakukan bea anti-dumping merupakan pedang bermata dua, dikatakan Claudia Kemfert dari Institut Jerman untuk Riset Ekonomi, „Pada satu sisi terdapat cukup indikator, bahwa prosedur anti-dumping masuk akal. Di sisi lain, ini tidak berari akan menyebabkan perang dagang, tapi setidaknya akan menimbulkan kondisi sulit dengan Cina.” Ini tidak menguntungakan negara yang berorientasi ekspor seperti Jerman. Apakah sengketa di bidang energi surya akan menyebabkan perubahan kebijakan? Terutama di masa krisis, kekuatan ekonomi bergerak menjauh dari gagasan tentang pasar terbuka dan liberal.
Masa Depan Industri Energi Surya Jerman
Uni Eropa terlebih dahulu harus meneliti gugatan. Jika terbukti, peraturan anti-dumping baru akan diberlakukan awal tahun 2013. Dan saat ini, industri energi surya Jerman tengah menghadapi masalah lain. “Perusahaan Jerman memiliki pembangkit energi surya yang lebih kecil dan tua. Produsen Jerman secara keseluruhan memiliki kapasitas produksi sebesar 2 gigawatt, dan jika ditambah produksi seluruh Eropa jumlahnya 3 gigawatt, Sementara di Cina, satu pembangkit saja memiliki kapasitas 1 gigwatt pertahun,“ dikatakan Eicke Weber.
Selain itu pembangkit energi surya milik Cina lebih baru dibangdingkan milik Jerman. “Sebagian fasilitas di Jerman bahkan tidak mampu menghasilkan produk sesuai dengan harga pasar dunia saat ini.“ Bahwa masalah ini dilimpahkan kepada Uni Eropa, sudah merupakan langkah benar. Namun bukan tuntutan tarif proteksi yang harus diajukan, ditambahkan Weber, “Para produsen energi surya Eropa bisa meminta pinjaman berbunga rendah, seperti yang diterima produsen Asia, untuk investasi mereka.“