Yarmouk Ibarat Neraka
7 April 2015Sejak pecahnya perang saudara di Suriah, kamp pengungsi Palestina Yarmouk di pinggiran ibukota Damaskus jadi kawasan yang diperebutkan oleh para pihak yang bertikai. Pasalnya, kawasan ini menjadi pintu gerbang untuk membobol Damaskus. Pertempuran antara teroris, pemberontak dan milisi pro rezim Suriah jadi pemandangan sehari-hari. Sejak awal April 2015 milisi teror Islamic State berhasil merebut 90 persen kawasan Yarmuk. Bagaimana kini situasinya, redaktur DW Diana Hodali mewawancarai Christopher Gunnes jurubicara lembaga PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA.
DW: Islamic State didukung Front al-Nusra - dua kelompok yang sebetulnya bertikai di Suriah berhasil merebut hampir seluruh kamp pengungsi Palestina Yarmouk di selatan Damaskus. Faksi lainnya, termasuk pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad, juga bertempur di Yarmouk. Bagaimana situasi di sana?
Christopher Gunness: Dari perspektif organisasi bantuan, kami melihat pengungsi di kawasan ini terjebak konflik berbagai kelompok yang bertikai. Saat ini bermukim 18.000 orang diantaranya 3500 anak-anak. Situasinya berkaitan dengan perimbangan kekuasaan dan berubah setiap menit. Tapi pada dasarnya nyawa warga di sana terancam. Mereka amat ketakutan. Karena itulah kami menuntut gencatan senjata. Organisasi bantuan perlu akses ke Yarmouk. Para pihak yang bertikai harus mengizinkan para pengungsi keluar dari kamp tersebut. Kami mengharap pengepungan dan blokade dicabut.
DW apakah penderitaan warga Yarmouk baru menjadi perhatian dunia setelah kamp itu direbut Islamic State dan Front Al-Nusra?
Christopher Gunness: Saya pikir, sebetulnya dunia sudah tahu situasi yang dihadapi warga di Yarmouk.Hanya saja pertanyaannya : apakah perhatian ini bisa diterjemahkan menjadi aksi politik. Sejak lama kami mengatakan, masalahnya bukan hanya sekedar memperbaiki situasi humaniter. Tapi, negara adidaya dunia harus meningkatkan tekanan kepada para pihak yang bertikai. Pertama harus ditegaskan, hukum internasional mewajibkan perlindungan rakyat. Keduia, organisasi internasional harus mendapat akses. Sejak sepekan, akibat pertempuran sengit, kami tidak bisa lagi menyuplai warga dengan bahan pangan, air minum dan obat-obatan
DW: Sejak perang di Suriah pertempuran memperebutkan Yarmouk terus berkobar. Pasalnya, Yarmouk adalah pintu gerbang ke Damaskus. Bagaimana perubahan situasinya sekarang?
Christopher Gunness: Dalam beberapa haris belakangan, amat terasa situasi memburuk drastis. Sejak pecah perang, banyak ibu melahirkan meninggal, akibat tidak mendapat pelayanan medis. Banyak anak-anak meninggal akibat gizi buruk. Bulan September 2014 saluran utama air bersih dihancurkan, warga tergantung bantuan dari luar. Yarmouk ketika itu bisa diibaratkan neraka. Tapi sekarang kondisnya jauh lebih buruk lagi.
DW: Aksi apa yang dapat dilakukan masyaralat internasional?
Christopher Gunness: Kami memgharapkan sidang Dewan Keamnan PBB bisa memberikan tekanan pada semua pihak yang terlibat konflik. Dan dengan itu bisa menciptakan gencatan senjata, agar warga sipil bisa dievakusai dan kami bisa menyuplai bantuan humaniter. Juga bisa dilakukan langkah penting untuk mengakhiri pengepungan Yarmouk.
Christopher Gunness jurubicara lembaga PBB untuk pengungsi Palestina. UNRWA.