Ustadz di Jerman Salahkan Korban Pemerkosaan
25 Januari 2016
"Salah satu alasannya adalah bagaimana perempuan berpakaian. Kalau mereka berpakaian minim dan memakai parfum, maka terjadilah hal-hal semacam itu (pemerkosaan -red) oleh pengungsi." Sontak ucapan seorang pemuka agama Islam itu memicu protes keras di Jerman.
Pernyataan tersebut diucapkan Sami Abu-Yusuf kepada sebuah stasiun televisi Rusia. Ia mengklaim sang jurnalis memuat komentarnya di luar konteks. Kini imam sebuah mesjid Salafi di Köln itu dilaporkan ke kepolisian Jerman.
"Kepada media-media Jerman, Abu Yusuf mencoba meluruskan pernyataannya. "Saya cuma ingin menjelaskan kenapa insiden di Köln bisa terjadi," ujarnya merujuk pada kasus pelecehan seksual massal oleh pengungsi Afrika Utara di malam tahun baru.
Bahkan jika perempuan Jerman memutuskan untuk telanjang, tidak seorangpun, tidak Muslim, Arab atau juga laki-laki Jerman, boleh memerkosa perempuan," tegasnya kepada harian Die Welt. "Hal semacam itu kami ajarkan di mesjid kami. Siapapun yang ingin tinggal di sini harus mematuhi Undang-undang."
Komentar Abu Yusuf muncul ketika Jerman sedang mempertimbangkan pembatasan jumlah pengungsi. Usulan tersebut sejauh ini masih ditolak oleh Angela Merkel. Tapi posisi sang kanselir kian terdesak oleh petinggi partai sendiri.
Baru-baru ini Wakil Ketua Umum Partai Uni Kristen Demokrat CDU, Julia Klöckner, memublikasikan usulan paket kebijakan yang antara lain membatasi jumlah pengunsi dengan membangun pusat penampungan di perbatasan.
Klöckner yang berambisi memenangkan pemilihan umum di negara bagian Rheinland Pfalz itu membantah rencananya "bertentangan" dengan kebijakan Merkel. Sang kanselir selama ini bersikeras, solusi krisis pengungsi cuma bisa dicapai melalui kerjasama multilateral antar negara Eropa.
Namun beberapa punggawa partai, termasuk Ketua Fraksi CDU di Parlemen, Volker Kauder, mendesak agar pemerintah turut menyusun solusi untuk masalah pengungsi di dalam negeri.
rzn/yf (dari berbagai sumber)