Studi: Aliansi Keamanan Barat Semakin Memudar
15 Februari 2022Tahun “2021 pastinya bukan merupakan tahun untuk optimisme geopolitis,” demikian salah satu petikan dari laporan Konferensi Keamanan München (MSC) perihal persepsi keamanan global, Senin (14/2).
“Krisis baru bermunculan di laman muka surat kabar setiap bulan. Hal ini berkontribusi terhadap munculnya sensasi betapa gelombang krisis sedang membesar dan mengancam akan membuat kita kewalahan.”
Laporan ini dirilis menjelang Konferensi Keamanan München yang bakal digelar antara 18 dan 20 Februari 2022. Di dalamnya, peneliti mengukur sentimen masyarakat terkait isu keamanan global di 12 negara, termasuk Cina dan India.
Laporan ini menyimpulkan, masyarakat di negara-negara bersistem demokrasi liberal termasuk yang paling merasakan kerentanan. Laporan juga merujuk pada tren meruaknya dukungan elektoral bagi autoritarianisme seperti di Amerika Serikat, Turki atau sejumlah negara lain.
Rasa “ketidakberdayaan” diperkuat oleh kacaunya penarikan mundur pasukan AS dari Afganistan dan krisis paling anyar antara NATO dan Rusia yang kian bergolak di Ukraina.
Ulrike Franke, pakar keamanan di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR), menerjemahkan laporan Konferensi Keamanan München sebagai desakan kepada pemerintahan negara barat untuk membuktikan, betapa demokrasi masih mampu menjawab tantangan global kekinian.
Menurutnya laporan teranyar MSC merupakan kelanjutan dari laporan tahun lalu, di mana para peneliti memperkenalkan istilah “Westlessness” untuk menggambarkan kekhawatiran umum di Eropa dan Amerika Utara terhadap berkurangnya pengaruh negara barat di dunia.
Kesempatan “yang terlewatkan.”
Laporan keamanan tahunan oleh MSC banyak membahas krisis di Ukraina sebagai faktor utama. Laporan juga mendikte isu keamanan global yang bakal marak di 2022, yakni memburuknya situasi di Mali dan kawasan Sahel, destabilisasi di Tanduk Afrika dan Teluk Persia, ketimpangan global yang melebar dan rentannya rantai pasokan global seperti yang menimpa sektor teknologi.
Meski demikian, konflik dengan Rusia diyakini bakal mendominasi jalannya konferensi keamanan. Direktur Konferensi Keamanan München, Wolfgang Ischinger, mengaku sudah mengundang Presiden Vladimir Putin. Tapi undangan tersebut ditolak oleh Kremlin, ungkapnya.
Dia dijadwalkan menyambut 35 kepala negara dan pemerintaha di Hotel Bayerischer Hof, termasuk menteri pertahanan dan luar negeri dari 100 negara. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, yang banyak melakukan perjalanan diplomasi untuk meredakan ketegangan di Ukraina, juga akan hadir di München.
Ischinger awalnya meyakini Moskow tidak ingin melewatkan kesempatan “untuk menjelaskan alasan yang menggerakkan Rusia untuk membuat tuntutan yang menjadi subyek negosiasi intensif dalam beberapa pekan terakhir.”
Namun demikian, Kementerian Luar Negeri di Moskow Rabu (9/2) silam menegaskan, Rusia tidak berencana mengirimkan delegasinya ke München pekan ini, “untuk berbagai alasan,” kata seorang juru bicara kemenlu.
Sebabnya Ischinger menyayangkan sikap Rusia. Di tahun terakhirnya memimpin Konferensi Keamanan München, dia ingin agar forum tersebut “bisa setidaknya mengirimkan impuls yang bisa membawa krisis di Ukraina ke meja diplomasi.”
rzn/as