Suriah Dukung Perang Melawan ISIS
23 September 2014
Beberapa jam setelah serangan udara AS terhadap ISIS di Suriah, pemerintah Damaskus menelurkan pernyataan yang mendukung "semua upaya internasional" untuk memerangi kelompok teror tersebut. Washington sebelumnya mengklaim tidak meminta izin terlebih dahulu dari pemerintahan Assad sebelum menggelar serangan udara.
Pernyataan Damaskus diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri, Walid Muallem di televisi nasional. Katanya, Suriah akan berkonstribusi dalam perang melawan teroris, "entah itu melawan IS, Nusra Front atau siapapun," ujarnya.
Namun Walid Muallem juga menuntut agar Amerika Serikat dan koalisi lima negara Arab agar mengkoordinasikan serangan dengan pemerintah di Damaskus. Kritik juga datang dari pemerintah Rusia. Menlu Sergey Lavrov menyebut serangan udara AS melanggar kedaulatan Suriah.
Suriah kini ingin memposisikan diri sebagai mitra barat dalam memerangi ISIS. Namun tawaran Damaskus itu sejauh ini belum bergayung sambut. Terutama Jerman menolak segala bentuk kerjasama dengan rejim Bashar Assad di Damaskus.
Dalam sebuah laporan rahasia milik Kementrian Luar Negeri yang mendarat di halaman muka mingguan Der Spiegel, kemenlu menegaskan bahwa "Assad tidak boleh menjadi mitra dalam perang melawan ISIS."
Agenda tersebut akan menjadi acuan diplomasi bagi Jerman di pertemuan-pertemuan internasional. Berlin mencurigai, Assad ingin menghalau ISIS "sebagai bagian dari strateginya untuk melucuti legitimasi oposisi."
Berlin dalam laporan tersebut akan tetap melanjutkan dukungannya terhadap oposisi Suriah.
Presiden AS Barack Obama juga berulangkali menekankan tidak akan menjalin kemitraan dengan rejim Assad di Suriah. Namun begitu dari kalangan militer di Pentagon mulai muncul kekhawatiran, tanpa keterlibatan negara koalisi yang mampu mengirimkan pasukan darat, perang melawan IS tidak akan berakhir cepat.
rzn/ab (afp,rtr,ap)