Tagar "MeToo" bagi Kekerasan Seksual
18 Oktober 2017Yang mengawali adalah bintang film AS Alyssa Milano. Lewat jejaring sosial Twitter ia meminta perempuan untuk menulis #MeToo jika pernah mengalami pelecehan atau kekerasan seksual. Tagar ini diluncurkan setelah berbagai pelecehan dan pemerkosaan yang dilakukan produser kondang Hollywood Harvey Weinstein terungkap.
Angelina Jolie dan Gwyneth Paltrow hanya contoh kecil dari sejumlah nama besar di Hollywood yang melancarkan tuduhan terhadap Weinstein. Seruannya disusul reaksi puluhan ribu orang yang menggunakan tagar itu, serta menceritakan pengalaman atau memberikan tanggapan.
Misalnya penyanyi pop Sheryl Crow
Atau juga bintang film Evan Rachel Wood yang menceritakan pengalamannya ketika diperkosa
Tapi bukan perempuan saja. Sejumlah pria juga menunjukkan simpati, dan menyerukan kaum pria untuk lebih sensitif menanggapi masalah kekerasan seksual.
Misalnya pelawak dan penulis Nick Jack Pappas
Di berbagai negara muncul tagar serupa
Selain di AS, tagar MeToo juga digunakan banyak orang di Jerman untuk meningkatkan kesadaran atas pelecehan dan kekerasan seksual. Di Italia misalnya, yang banyak digunakan untuk mengungkap pelanggaran ini adalah #quellavoltache, yang artinya kira-kira: "waktu itu, saat..."
Di Perancis, wartawan perempuan Sandra Muller meluncurkan #Balancetonporc, yang artinya kira-kira: "tuding si babi."
#MeToo juga digunakan sejumlah pengguna Twitter dari negara-negara Arab. Netizen bernama Mona Seif misalnya bercerita, tidak kenal satu perempuan pun yang tidak pernah dilecehkan.
Di Indonesia, #MeToo juga bermunculan tapi sebagian besar memilih untuk tidak menceritakan secara terperinci pengalaman mereka. Misalnya Helga Worotitjan.
Selain itu, juga digunakan #mulaibicara dan #gerakbersama
Bagaimana tanggapan Anda? Apakah upaya seperti ini bisa jadi cara untuk meningkatkan kesadaran akan kekerasan dan pelecehan seksual?
ml/hp (rtr, bbc, afp)