Tahanan Guantanamo Hambali Tampil di Pengadilan Militer AS
19 Agustus 2016Encep Nurjaman yang lebih dikenal dengan nama Hambali tampil di pengadilan Amerika Serikat. Hambali ditahan di penjara militer AS di Guantanamo, Kuba, sejak September 2006. Dia dituduh menjadi bagian dari jaringan teror Al Qaida dan dituduh bertanggung jawab atas serangkaian serangan teror di Asia Tenggara, antara lain bom Bali 2002.
Hambali tertangkap tahun 2006 di Thailand. Intelijen AS kemudian membawa Hambali ke Afghanistan dan akhirnya ke Guantanamo. Dia tampil di hadapan panel militer AS hari Kamis (18/08) untuk didengar kesaksiannya. Panel akan memutuskan, apakah Hambali akan tetap mendekam di penjara Guantanamo.
Pemerintah AS mengatakan, Encep Nurjaman alias Hambali adalah pemimpin kelompok teror Jemaah Islamiyah ekstremis yang berbasis di Asia Tenggara. Hambali juga dituduh memiliki hubungan dekat dengan Al Qaida.
Hambali tampak memaikai kacamata dan berjanggut panjang. Selama persidangan tertutup yang berlangsung selama 10 menit, dia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa dan juga tidak mengatakan sesuatu.
Militer AS menyedialan tayangan video di Pentagon langsung dari proses tertutup itu untuk diliput wartawan dan pengamat terakreditasi lainnya di Pentagon. Foto aktual Hambali ditayangkan di situs Dailymail di tautan ini.
Seorang anggota militer AS bertindak sebagai pembicara Hambali dan membacakan pernyataan yang menyebutkan Hambali sebagai seseorang yang "santun dan energik" dan "sangat antusias" menghadapi persidangannya.
"Hambali menyatakan dia tidak memiliki niat buruk terhadap AS," kata petugas militer dalam pernyataan itu. "Dia percaya Amerika Serikat punya prinsip keragaman dan pembagian kekuasaan yang jauh lebih baik dari sistem diktatur. Dia menyatakan bahwa tidak ada lain hal yang menjadi keinginannya selain melanjutkan kehidupannya dan oenuh kedamaian."
Pernyataan pemerintah AS juga dibacakan di persidangan. Hambali disebut masih menjadi ancaman keamanan. Dia disebut "tetap kukuh menyatakan dukungan terhadap tujuan-tujuan kelompok ekstremis dan teguh dalam kebenciannya terhadap Amerika Serikat.
Selanjutnya disebutkan, Hambali "kemungkinan besar akan mencari cara untuk berhubungan lagi dengan jaringannya di Indonesia dan Malaysia atau menarik kelompok pengikut baru "jika ia dibebaskan dari Guantanamo.
Pemerintah AS menyatakan Hambali tampaknya punya pengaruh pada sesama tahanannya dan "telah mempromosikan jihad dengan kekerasan saat memimpin shalat dan pembicaraan."
Sidang panel yang beranggotakan para pejabat Pentagon dan badan-badan pemerintah lainnya, belum mengeluarkan putusan tentang status Hambali.
Hingga kini, di samping Hambali masih ada 60 tahanan lain di penjara Guantanamo. Presiden Obama pernah berjanji akan menutup penjara militer di Kuba itu, namun gagal karena penentangan keras di Kongres AS.
hp/ap (ap)