Tak Ada Alternatif bagi Impor Gas Rusia
18 April 2014Jerman menghadapi perdebatan baru terkait energi menyusul pecahnya krisis Ukraina. Hingga titik tertentu, Jerman bisa dibilang tergantung kepada impor minyak dan gas bumi Rusia. Belum lama ini Kanselir Angela Merkel menegaskan bahwa "seluruh kebijakan energi Jerman harus dipertimbangkan ulang." Menurut Kelompok Neraca Energi Jerman (AGEB), impor sumber energi Jerman naik menjadi 71 persen tahun 2013.
Penyuplai energi terpenting adalah Rusia: negara itu menyediakan 38 persen impor gas alam Jerman, 35 persen impor minyak bumi dan 25 persen impor batubara, memenuhi seperempat kebutuhan energi Jerman. Belum ada alternatif yang sesuai yang dapat menutupi kekurangan sebesar ini.
Menurut Asosiasi Industri Air dan Energi (BDEW), Jerman hanya dapat menyuplai 15 persen kebutuhan gas dengan menggunakan sumber daya sendiri. Kebanyakan konsumsi gas Jerman disuplai oleh Norwegia dan Belanda. Kedua negara dapat meningkatkan pengiriman melalui jalur pipa dalam jangka pendek, namun tidak seterusnya, karena para pakar yakin cadangan gas alam di Laut Utara perlahan habis.
Terikat peraturan
Mengimpor gas alam cair yang didinginkan dari Aljazair, Qatar atau Amerika Serikat bisa menjadi alternatif - menurut teori. Namun pelabuhan-pelabuhan Amerika kekurangan fasilitas untuk menangani gas alam cair, dan Jerman tidak memiliki stasiun untuk membongkar kiriman semacam ini. Membeli dalam jumlah besar dengan pemberitahuan singkat di pasar global juga sangat sulit. Suplai sudah menipis karena Jepang mengimpor gas dalam jumlah besar sejak bencana nuklir Fukushima.
Alasan lain mengapa tidak ada alternatif untuk impor gas adalah keputusan pemerintah Jerman untuk menghentikan produksi batubara pada tahun 2018. Jerman sudah mengimpor batubara, dan 25 persen dari total impor datangnya dari Rusia. Padahal cadangan batubara muda Jerman dapat dimanfaatkan untuk 200 tahun ke depan dengan laju ekstraksi seperti sekarang.
Pengaruh melalui perusahaan
Namun ketergantungan Jerman terhadap energi dari Rusia bukan hanya dalam hal impor, hubungan antar perusahaan energi kedua negara juga berperan. Contohnya Gazprom, raksasa energi milik Rusia, dan anak perusahaan kimia Jerman BASF, Wintershall, telah menyepakati pertukaran saham dalam jumlah yang signifikan. Ini memberi kapasitas perdagangan lebih dan cadangan gas bagi Gazprom, dan sebagai imbalannya Wintershall mendapatkan saham atas lahan-lahan gas di Siberia.
Gazprom dan Wintershall juga berbagi kepemilikan atas jaringan pipa sepanjang 2.300 kilometer di Jerman, 'Gascade.' Namun sekarang Rusia mengontrol cadangan gas Jerman - dan bersama dengan itu, batas keamanan suplai gas Jerman.