Tangkal Rusia, AS Tempatkan Rudal Jarak Jauh di Jerman
15 Juli 2024Untuk pertama kalinya sejak dekade 1990an, Amerika Serikat ingin kembali menempatkan peluru kendali jelajah jarak jauh di Jerman. Hal ini disepakati pada KTT NATO baru-baru ini di Washington. "Kami tahu bahwa telah terjadi penumpukan senjata yang luar biasa di Rusia, dengan persenjataan yang mengancam wilayah Eropa," kata Kanselir Olaf Scholz di Washington.
Setelah berakhirnya Perang Dingin, AS telah mengurangi persenjataan jarak jauhnya di Eropa secara signifikan, begitu pula Uni Soviet yang menjelma menjadi Rusia. Namun keputusan Presiden Vladimir Putin mengobarkan invasi terhadap Ukraina pada tahun 2022, menghidupkan kembali konfrontasi lama.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius melihat adanya "kekosongan kapabilitas yang sangat serius" di militer Jerman, seperti yang dia katakan di radio Deutschlandfunk.
Efek rudal berdaya jelajah tinggi
Rudal jelajah jarak jauh yang akan ditempatkan di Jerman adalah BGM-109 Tomahawk yang berkecepatan subsonik dan sudah digunakan di medan perang sejak lebih dari 30 tahun, termasuk dalam operasi melawan pemberontak Houthi di Yaman.
Jerman memiliki rudal jelajah bernama Taurus, yang berdaya jelajah hanya sekitar 500 kilometer dan harus ditembakkan dari jet tempur. Sebaliknya, Tomahawk dapat diluncurkan dari darat atau kapal serta memiliki jangkauan hingga 2.500 kilometer.
Sebagai perbandingan, jarak udara dari Berlin ke Moskow berkisar 1.600 kilometer. Sementara ke Kaliningrad yang berbatasan langsung dengan negara NATO, hanya berjarak kurang dari 600 kilometer. Menteri Pertahanan Pistorius yakin, ancaman terbesar oleh Rusia akan datang dari pesisir Baltik.
"Moskow telah menempatkan sistem senjata ini sejak lama, termasuk di Kaliningrad, yang berada dalam jangkauan absolut Jerman dan negara-negara Eropa lainnya," katanya kepada stasiun televisi ARD.
Perlombaan senjata di Eropa?
Rencana penempatan rudal Tomahawk di Jerman secara umum didukung oleh partai moderat, dan ditolak oleh partai-partai pinggiran. Partai SPD, Partai Hijau dan FDP yang liberal, serta dari partai oposisi terbesar, CDU/CSU yang konservatif, turut mendukung rencana tersebut.
Perwakilan dari sayap kanan AfD, Partai Kiri dan partai pecahannya Aliansi Sahra Wagenknecht BSD, mewanti-wanti terhadap perlombaan senjata baru di Eropa. "Penempatan ini menjadikan Jerman sebagai target,” kata juru bicara federal AfD, Tino Chrupalla. "Kanselir Olaf Scholz tidak bertindak demi kepentingan Jerman.”
"Kita pasti bisa bersiap menghadapi perlombaan senjata baru,” yakin Tim Thies dari Institut Penelitian Perdamaian dan Kebijakan Keamanan di Hamburg. Namun dia juga mengatakan: "Tentu saja keduanya bisa terjadi pada saat yang sama. Penempatan rudal jelajah jarak jauh bisa mengisi celah penting dalam strategi NATO, dan kita masih harus mengasumsikan adanya reaksi Rusia."
Pengembangan senjata di Jerman
Penempatan rudal Tomahawk diyakini hanya dimaksudkan sebagai solusi sementara. Menteri Pertahanan Pistorius mengatakan kepada Deutschlandfunk bahwa hal ini "jelas sesuai dengan harapan AS bahwa kami sendiri akan berinvestasi dalam pengembangan dan pengadaan senjata-senjata anti-pesawat," dan akan memberi Jerman waktu untuk mengembangkan senjatanya sendiri.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Pada KTT NATO di Washingto, perwakilan Jerman, Perancis, Italia dan Polandia menandatangani deklarasi niat untuk mengembangkan rudal jelajah berbasis darat dengan jangkauan lebih dari 500 kilometer.
Tim Thies tidak percaya bahwa rencana penempatan dapat dibatalkan jika Donald Trump memenangkan pemilu, sebaliknya: "Banyak sistem persenjataan yang sekarang dipermasalahkan baru saja dimulai di bawah Trump. Selain itu, menurut Pistorius, Jerman harus membayar untuk penempatan rudal.
"Pemerintah telah mengantisipasi kemungkinan tuntutan dari calon Presiden Trump di masa depan hampir sebagai tindakan pencegahan."
Jebakan eskalasi konflik
Reaksi Moskow terhadap rencana AS tidak memberikan kejelasan sikap, meski sudah bisa diduga. Keamanan Rusia sedang terancam oleh penempatan senjata AS, kata Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov, menurut kantor berita negara Tass. Penempatan tersebut "merupakan salah satu mata rantai eskalasi" yang digencarkan NATO dan Amerika Serikat terhadap Rusia.
Tim Thies dari Universitas Hamburg memperkirakan, "Rusia akan menanggapi pengumuman tersebut dengan menempatkan dan mengembangkan lebih lanjut senjata berhulu ledak nuklir jarak jauhnya sendiri, yang juga dapat mencapai wilayah AS jika diperlukan," kata dia,
Dari sudut pandangnya, penting "untuk sejak saat ini memikirkan bagaimana jalan keluar dari perlombaan senjata."
(rzn/hp)