1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Tekan Cina, AS Jual Persenjataan Utama ke Taiwan

17 September 2020

Amerika Serikat berencana menjual miliaran dolar AS persenjataan utamanya ke Taiwan, untuk membantu mempertahankan diri di tengah kekhawatiran atas serangan yang akan dilakukan militer Cina.

https://p.dw.com/p/3ibvs
US Militär Raketenabwehrsystem Patriot
Ilustrasi rudal ASFoto: picture-alliance/AP Photo/U.S. Department of Defense/S. Apel

Amerika Serikat (AS) berencana untuk menjual tujuh sistem persenjataan utamanya ke Taiwan. Tujuh sistem senjata utama yang akan dijual AS ke Taiwan meliputi ranjau, rudal jelajah, hingga drone.

Informasi ini bersumber dari empat orang yang mengetahui diskusi dalam pemerintahan Trump, di tengah meningkatnya perseteruan dengan Cina.

Penjualan tujuh senjata utama merupakan hal langka yang dilakukan AS, di mana penjualan senjata ke Taiwan sebelumnya dibatasi dan dikalibrasi dengan hati-hati guna meminimalkan ketegangan dengan Beijing.

Sejak tahun 2020, pemerintahan Trump menjadi lebih agresif terhadap Cina. Penjualan senjata ke Taiwan ini dilatarbelakangi hubungan antara Beijing dan Washington berada pada titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.

Hal itu didorong oleh beberapa kasus, seperti: tuduhan mata-mata, perang dagang yang berkepanjangan, dan perselisihan tentang penyebaran virus corona.

Namun pemerintahan di Washington sangat ingin menciptakan penyeimbang militer terhadap pasukan Cina, dengan membangun upaya yang dikenal di Pentagon sebagai "Benteng Taiwan", karena militer Beijing membuat langkah yang semakin agresif di wilayah tersebut.

Paket senjata dari Lockheed Martin Co, Boeing dan General Atomics sedang bergerak melalui proses ekspor, kata tiga orang yang mengetahui status kesepakatan tersebut dan pemberitahuan kepada Kongres AS akan dilakukan dalam beberapa minggu mendatang.

Beberapa kesepakatan telah diminta oleh Taiwan lebih dari setahun yang lalu, tetapi baru sekarang sedang diproses melalui proses persetujuan. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menolak untuk berkomentar.

Melihat agresivitas Cina di Selat Taiwan, seorang pejabat senior AS mengatakan: “tidak ada keberimbangan kekuatan saat ini. Ini tidak seimbang. Dan saya rasa itu berbahaya." 

Gedung Putih telah melakukan upaya untuk mengekspor senjata ke pihak sekutu AS, mencoba untuk meningkatkan pertahanan mereka, dan mengurangi ketergantungan pada pasukan AS.

Sementara, untuk pemilihan Presiden AS yang akan berlangsung pada 3 November mendatang, Trump dan kubu Republik telah mengembangkan retorika mereka terhadap Beijing dan berusaha menggambarkan lawan mereka, Joe Biden sebagai orang yang lemah terhadap Cina. 

Sebelumnya pada awal Agustus, Reuters telah melaporkan bahwa Washington sedang merundingkan penjualan setidaknya empat drone canggihnya ke Taiwan dengan harga sekitar 600 juta dolar AS atau sekitar Rp 8,9 triliun. 

Taiwan berkomitmen perkuat militer  

Pada saat yang bersamaan, keinginan Taiwan untuk membeli senjata meningkat setelah Tsai Ing-wen terpilih Kembali menjadi presiden pada Januari lalu dan telah menjadikan penguatan pertahanan Taiwan sebagai prioritas utama pemerintahannya. 

Namun Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan isu yang dilaporkan itu adalah "asumsi media". Mengenai pembicaraan dan pembelian senjata dengan diam-diam dan rahasia, Taiwan tidak dapat memberi pernyataan sampai ada pemberitahuan resmi dari AS tentang penjualan apa pun ke Kongres AS. 

Militer Taiwan terlatih dan dilengkapi peralatan dengan baik, dengan sebagian besar perangkat keras buatan AS, tetapi Cina memiliki keunggulan jumlah personel yang sangat besar dan menambahkan peralatan canggihnya sendiri.

Taiwan merupakan masalah teritorial paling sensitif di Cina. Pemerintahan di Beijing yang mengklaim kawasan itu berada di bawah otoritas Cina, mengecam dukungan pemerintah Trump terhadap kawasan tersebut. 

Pejabat AS tiba di Taiwan 

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS dilaporkan tiba di Taiwan pada hari Kamis (17/09) untuk melakukan kunjungan kerja selama tiga hari. Kedatangannya ke Taiwan telah mendapat peringatan dari Cina.

Wakil Menteri Luar Negeri AS, Keith Krach juga dijadwalkan bertemu Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen dan pejabat senior lainnya.

Krach yang mengurusi sektor pertumbuhan ekonomi, energi dan lingkungan, merupakan pejabat tertinggi dari Departemen Luar Negeri AS yang mengunjungi pulau itu. 

ha/ap (Reuters, AP)