Tekanan Inflasi di Zona Euro
30 Maret 2012Harga barang-barang dan layanan pada bulan Maret secara rata-rata meningkat 2, 6 persen dibandingkan setahun yang lalu. Demikian dilaporkan Eurostat hari Jumat dalam prediksi pertamanya. Eurostat adalah Kantor Statistik Komunitas Eropa.
Menurut Eurostat, indeks kemahalan bulan Februari tercatat sekitar 2, 7 persen, sementara para analis sebelumnya memperkirakan sekitar 2, 5 persen. Bagi Bank Sentral Eropa (ECB) indeks kemahalan saat ini menambah beban tugasnya untuk memicu pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan pelonjakan biaya kehidupan.
Inflasi tidak akan turun
ECB hanya berbicara tentang harga yang stabil pada tingkat kemahalan di bawah level dua persen. Sama seperti analis, ECB saat ini berasumsi bahwa tingkat inflasi tahun ini tidak akan turun lagi ke bawah level dua persen. "Di sini penyebabnya adalah kenaikan harga energi yang jika menurun pada bulan-bulan mendatang, hanya akan sedikit sekali", ujar ekonom Commerzbank, Christoph Weil. "Karena ancaman Iran membuat harga minyak bertahan pada level yang tinggi. Iran menegaskan akan menutup Selat Hormuz bila konflik nuklir dengan negara barat semakin meningkat. Padahal setiap harinya, transportasi 20 persen dari produksi minyak dunia melewati selat ini."
Akibat ancaman resesi di zona Euro, ECB menurunkan suku bunga acuan menjadi satu persen. Bunga ini merupakan rekor terendah yang ditetapkan ECB agar dengan dana rendah, konsum dan investasi dapat digalakkan.
Bunga acuan rendah rugikan Jerman
Bagi negara pengguna Euro yang sedang dilanda krisis, seperti Yunani dan Spanyol, level bunga rendah ini cukup menguntungkan, sementara bagi negara-negara booming seperti Jerman, bunga acuan itu terlalu rendah dan bisa meningkatkan inflasi.
Selain itu, dalam jangka panjang keputusan ECB itu menyimpan ancaman ekstra, karena ECB banyak membagikan kredit murah kepada bank-bank untuk mencegah kemacetan kredit. Bila kredit tidak dapat dibayar pada waktunya, harga barang akan naik.
Christa Saloh-Foerster (rtrd, dpa, dapd, afpd)