Terapi Realita Virtual Atasi Takut Ketinggian
30 Oktober 2017Pemandangan dari loteng rumahnya adalah mimpi buruk bagi Nicole Vehring. Ia menderita takut ketinggian - bahkan saat membersihkan jendela
"Tidak enak. Saya hanya memandang ke atas, dan ini saya tidak suka. Saya gemetar. Saya memegang jendela bukan supaya ia tidak menutup, melainkan supaya punya pegangan", ujar Nicole terus terang.
Hanya beberapa kilometer dari sana: ada bangunan yang disebut Bottroper etraeder.
Puncaknya sepuluh kali lipat lebih tinggi daripada loteng rumah Nicole. Bagi banyak orang ini salah satu atraksi di kawasan Ruhr. Tapi bagi Nicole ini stres murni.
Nicole mengatakan mengapa ia takut: Ya, ketinggiannya… orang bisa jatuh kapan saja. Dan ini hanya ditahan tali. Tidak bagus." Ia sudah sering berusaha memerangi rasa takunya. Tapi tanpa hasil.
"Tadi saya agak berani, tapi sekarang saya merasa kalau melepas pegangan saya tidak bisa lagi. Sekarang cukup sampai sini. Tidak perlu terus. Kalau sekarang bersama anak-anak ingin terus ke atas, saya pasti merasa gagal, karena saya tidak bisa ikut. Memang sedih, karena saya tidak bisa terus. Tapi rasa takut akhirnya menang."
Terapi unik didukung realita virtual
Di Universitas Regensburg ada harapan bagi pengidap rasa takut. Di sini, pakar terapi Andreas Mühlberger dan Theresa Wechsler bertekad memerangi rasa takut.
Di realita virtual mereka mengkonfrontasikan Nicole dengan bangunan, yang membuatnya menyerah dalam hidup sesungguhnya. Bottroper Tetraeder adalah konstruksi yang hanya terdiri dari kerangka. Di dunia virtual ini juga tempat yang tepat untuk terapi rasa takut.
Begini tanya jawab saat terapi:
Bisa Anda katakan, sejauh apa Anda berhasil kemarin?
Saya rasa saya tidak bisa mencapai platform pertama
Setinggi apa rasa takut anda? Antara 0 sampai 100?"
Lambat laun naik ke 70. Sekarang saya masih berdiri di bawah.
Seberapa tinggi sekarang?
Sekarang,saya rasa... 100
Ja.
Kalau begitu kita berenti sebentar di sini
Inilah rasa takut maksimal. Walaupun Nicole sebenarnya tahu, bahwa itu hanya terjadi di dalam pikirannya. Mengapa tidak mendaki menara sebenarnya?
"Itu masalah eksposisi pada realita, dan jarang diterapkan. Karena di satu sisi rumit, dan di sisi lain banyak yang menjauhkan diri dan tidak bisa membayangkan untuk ikut dalam terapi semacam ini. Lebih mudah dan siap, jika dicoba di realita virtual terlebih dahulu. Dan di sana mereka dikonfrontasi dengan situasi takut", papar ahli terapi Andreas Mühlberger
Sukses tergantung ilusi
Semakin sempurna sebuah ilusi, semakin baik terapi berfungsi. Para psikolog membantu: dengan simulasi angin dari ventilator dan jalan yang bergoyang..
Tiga hari lalu di sinilah Nicole terpaksa berhenti.
Ok, sekuat apa rasa takut?
Nol
Ada simptom? Tidak? Bisa lanjut?"
Ja
Sekarang Nicole bahkan tidak butuh pegangan.
"Da wird es jetzt luftiger. Hüpf. Hööö. Super. Haha"
Di sana, di mana ada pembangunan. Di belakangnya. Di sana kami tinggal. Saya merasa panas. Tapi mungkin karena memanjat menara."
Kesuksesan besar – setidaknya untuk waktu singkat. Dengan pasien lain tidak sesukses ini. Tapi Nicole berhasil mencapai tujuannya dengan terapi Realita Virtual. Ia kini bebas dari rasa takut.
(DWInovator)