Tersangka Teroris di Toulouse Tewas
22 Maret 2012Polisi Perancis akhirnya mendobrak masuk pintu apartemen tersangka Mohamed Merah, warga Perancis keturunan Aljazair yang berusia 23 tahun. Ia mengurung diri di apartemennya dan menolak untuk keluar selama lebih dari 24 jam. Sebelumnya Berbagai cara telah dilakukan untuk memaksa Merah keluar dari gedung tersebut. Kamis (22/3), menteri dalam negeri Perancis Claude Gueant sempat mengatakan kepada radio RTL, tidak jelas apakah Merah kini masih dalam keadaan bernyawa, karena polisi tidak lagi memiliki kontak dengannya sejak Rabu malam (21/3). Menurut Gueant, Merah sebelumnya berkata "ingin mati dengan memegang senjata di tangan".
Kamis (22/3), setelah polisi berada di dalam apartemen, Merah tiba-tiba keluar dari kamar mandi sambil menembakkan senjatanya secara membabi buta. Ia menggunakan beberapa senjata sekaligus. Menteri Gueant lalu menambahkan, "Mohamed Merah lalu meloncat dari jendela masih sambil menembakkan senjata. Ia lalu ditemukan dalam keadaan tewas." Dalam tembak-menembak tersebut, dua polisi terluka.
Polisi berusaha lakukan intimidasi
Rabu (21/3), polisi menembakkan senjata api hampir setiap jam dan terdengar suara ledakan tiga kali seperti berasal dari lemparan granat. Aliran listrik dan gas bagi gedung apartemen Merah juga mereka putus. Lampu jalanan dimatikan, sehingga sosok Merah bisa jelas terlihat oleh para polisi yang menggunakan kacamata khusus untuk beroperasi dalam kondisi gelap. Ibu dan saudara laki-laki Merah juga telah ditahan sejak Rabu dini hari (21/3). Menurut jaksa Francois Molins, kakak Merah, Abdelkader 29 tahun, sempat dituduh terkait dengan jaringan yang mengirim pejuang militan ke Irak tahun 2007. Namun, ia tidak pernah didakwa secara resmi.
Juru bicara kementrian dalam negeri Perancis, Pierre-Henry Brandet, mengatakan: "Polisi berusaha mengintimidasi pelaku yang sepertinya berubah pikiran dan tidak bersedia untuk menyerahkan diri." Ia bahkan menegaskan kepada polisi yang mengusahakan mediasi, Perancis akan ia paksa untuk bertekuk lutut dan satu-satunya hal yang membuat ia menyesal adalah tidak bisa membunuh lebih banyak orang lagi.
Merah akui dirinya pendukung Al Qaida
Kepada mediator, ia mengaku membunuh tiga tentara pekan lalu, seorang pendeta Yahudi dan tiga anak-anak di sekolah Yahudi Senin lalu (19/3). Alasan Merah, ia membalas dendam atas terbunuhnya anak-anak Palestina dan keterlibatan militer Perancis dalam perang di Afghanistan. Ia juga merekam penembakan yang dilakukannya di sekolah Yahudi. Merah mengatakan, ia menjalankan misi bagi Al Qaida, setelah mengikuti pelatihan militer di dekat perbatasan Pakistan. Ia juga menyebut nama tentara dan dua polisi yang berada dalam daftar orang yang hendak ia bunuh selanjutnya.
Menurut kepolisian Perancis, Merah memiliki berbagai macam senjata di apartemennya. Termasuk Uzi dan Kalashnikov. Rabu kemarin (21/3), ia melukai dua petugas kepolisian. Menteri pertahanan Perancis Gerard Longuet menegaskan kepada stasiun televisi TF1, "Kami ingin menangkapnya hidup-hidup, supaya kami bisa mengadilinya, mengetahui motivasinya, dan mudah-mudahan bisa menemukan antek-anteknya, kalau ada."
Pengepungan kali ini adalah operasi pencarian pelaku terbesar yang dilakukan Perancis, sejak gelombang serangan teroris di tahun 90an yang dilakukan oleh anggota kelompok ektrimis asal Aljazair.
Vidi Legowo-Zipperer (rtr, ap, afp)
Editor: Dyan Kostermans