Terungkap Uji Coba Obat-Obatan di Jerman Timur
13 Mei 2013Menurut laporan "Spiegel" sampai runtuhnya Tembok Berlin 1989 pada lebih dari 50 rumah sakit di eks Jerman Timur dilakukan uji coba obat-obatan antara lain untuk obat penyakit jantung dan anti depresif. Dan sering kali tanpa sepengetahuan pasien yang bersangkutan. Untuk masing-masing studi dibayar ratusan ribu D-Mark. Ilmuwan pada Rumah Sakit Charité Berlin kini ingin menyelidiki tuduhan tersebut.
Bahwa produsen farmasi barat melakukan uji coba obat-obatan di Jerman Timur bukan hal yang baru. 1991 "Spiegel" sudah melaporkannya, tapi lingkup uji coba itu tampaknya lebih besar dari yang diketahui selama ini.
Majalah informasi Jerman itu dalam laporan aktualnya mengacu pada akte Kementerian Kesehatan DDR, Stasi dan Institut untuk Obat-Obatan DDR. Menurut akte tersebut perusahaan farmasi Barat memberi order untuk lebih dari 600 uji coba farmasi.
Berdasarkan laporan itu terjadi banyak kasus kematian, juga uji coba yang dihentikan karena efek sampingan. Menurut akte itu antara lain di Berlin Timur dua pasien meninggal dalam uji coba obat yang mendorong sirkulasi darah. Di RS Paru-paru Lostau dekat Magdeburg, dua pasien tewas yang diberi obat menurunkan tekanan darah.
Di Rumah Sakit terkenal Berlin Charité, perusahaan Boehringer-Mannheim menguji coba substansi Eythropoetin (Epo), yang kini dikenal sebagai obat doping terlarang terhadap 30 "bayi yang lahir prematur," demikian dikutip "Spiegel" dari catatan akte. Perusahaan Bayer melakukan uji coba Nimodipin, obat untuk meningkatkan sirkulasi darah pada otak, antara lain terhadap pecandu alkohol.
"Terjadi pada waktu lampau"
Perusahan terkait menurut "Spiegel" menyampaikan bahwa langkah-langkah tersebut terjadi pada waktu lampau. Mereka menekankan, bahwa uji coba klinis dilangsungkan dengan aturan ketat. Perhimpunan Produsen Farmasi Pelaku Riset "selama ini tidak melihat momentum mencurigakan, bahwa terlah terjadi penyimpangan," tulis Spiegel.
Institut untuk Sejarah Kesehatan pada RS Charité kini akan meneliti uji coba obat-obatan itu. Menurut keterangan juru bicara Charité direncanakan proyek penelitian untuk mengkaji uji coba obat-obatan tersebut.
Korban warga DDR menuntut ganti rugi dari perusahaan farmasi bersangkutan dan penjelasan komprehensif. Kementerian Kesehatan Jerman harus "tanpa ditunda-tunda" membentuk komisi independen, dijelaskan ketuanya Ronald Lässig Minggu (12/05).
Baru-baru ini pejabat urusan akte Stasi dari negara-negara bagian Jerman di kawasan Timur meminta penyidikan uji coba obat-obatan di eks Jerman Timur, DDR.