Tiga Pelarut Kimia Dalam Obat Sirup Maut
25 Oktober 2022Kementrian Kesehatan telah menerima laporan sedikitnya 241 kasus Kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal(GgGAPA) yang menyerang anak-anak di 22 Propinsi. Peningkatan kasus terjadi secara signifikan pada bulan Agustus lalu. Sebanyak 133 anak mayoritasnya berusia di bawah lima tahun, meninggal akibat gangguan ginjal akut ini. Ini berarti tingkat fatalitas lebih 55% dari seluruh kasus yang dilaporkan.
Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya telah memperoleh sejumlah obat yang ditemukan di rumah kediaman para pasien anak penderita gagal ginjal akut. "Jadi darah anak-anak terbukti mengandung senyawa ini. Kita sudah ambil biopsi rusaknya ginjal konsisten akibat senyawa ini,"jelas Budi dalam konferensi pers, Jumat (21/10).
Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan menduga ada tiga senyawa kimia pelarut yang memicu kasus gagal ginjal akut yang menyebabkan kematian pada 133 anak tsb. Senyawa pelarut tersebut adalah dietilen glikol, etilen glikol dan etilen glikol butyl ether.
Senyawa lain yg juga disebut-sebut oleh BPOM adalah sorbitol dan atau gliserin/gliserol.
Lima dari 26 obat sirup yang diuji oleh BPOM terbukti mengandung kadar etilen glikol yang sangat tinggi. Namun juga disebutkan, tidak bisa ditarik kesimpulan bahwa produk dengan senyawa glikol tinggi itu sebagai satu-satunya pemicu sakit ginjal akut pada balita.
Mengapa glikol bisa memicu kematian?
Glikol sejatinya adalah alkohol yang banyak digunakan dalam industri. Senyawa ini beracun dan terutama ditemukan sebagai pelarut cat, zat warna, dalam cairan anti beku untuk radiator mobil atau cairan pembersih.Glikol berupa etilen glikol, dietilen glikol atau etilen glikol butyl ether bisa berasal dari bahan nabati maupun dari turunan minyak bumi.
Uapnya saja sangat berbahaya, karena bisa mengiritasi akut jaringan lendir. Glikol juga bisa memicu kerusakan pada organ tubuh seperti paru, jantung dan ginjal. Keracunan glikol menunjukkan gejala seperti mabuk alkohol. Efek lanjutnya yang khas adalah gejala mual, sakit perut, muntah-muntah dan diare. Kasus akut memicu kejang-kejang, koma bahkan sampai kematian.
Pada anak-anak yang mengalami gagal ginjal, tes yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan dari 11 sampel, 7 positif memiliki kandungan zat kimia berbahaya etilen glikol, dietilen glikol dan etilen glikol butyl ester dalam tubuh mereka.
Menkes mengatakan, ketiga senyawa kimia itu mempu membuat ginjal rusak, karena memicu munculnya asam oksalat yang membentuk kristal kalsium oksalat dalam ginjal. Biopsi ginjal pasien juga menegaskan adanya kerusakan gijal yang dipicu kristal tajam kalsium oksalat.
Gula alkohol suplemen pemanis
Sementara senyawa lainnya yang disebut-sebut BPOM, sorbitol sejatinya adalah gula alkohol, dan sejauh ini merupakan senyawa yang lazim digunakan sebagai pemanis suplemen gula dalam industri makanan, kosmetik atau obat-obatan. Biasanya dalam kemasan makanan dan obat-obatan ditulis dengan nama dagangnya E420.
Sorbitol alami umumnya terkandung dalam buah-buahan seperti apel, anggur, pir, persik dan buah-buahan yang dikeringkan. Orang yangmengidap intoleransi gula buah atu fruktosa, akan bereaksi mencret, jika mengkonsumsi sorbitol alami.
Gliserin/glikol sebetulnya juga senyawa gula alkohol, yang dalam industri kosmetik secara luas digunakan sebagai unsur pelembab kulit.Selain itu juga digunakan sebagai obat pencahar bagi penderita sembelit. Efek samping gliserol adalah memicu buang air.
Senyawa ini jika dikonsumsi dalam dosis berlebihan hingga 50 mililiter, atau bagi mereka yang mengidap intoleransi, bisa memicu sakit kepala, mual dan sakit ginjal serta keadaan seperti mabuk.
Kasus serupa di Gambia
Kasus obat sirup maut serupa, juga dialami negara Afrika Barat Gambia pada bulan Juli dan Agustus silam. Sedikitnya 69 anak meninggal akibat mengkonsumsi obat batuk sirup buatan India. Pemicunya juga serupa, yakni obat-obatan itu diduga mengandung senyawa pelarut dietilenglikol dan etilenglikol dalam jumlah melebihi ambang batas aman.
Organisasi Kesehatan Dunia-WHO menduga dua senyawa kimia yang terkandung dalam obat batuk inilah yang memicu kasus gagal ginjal akut pada anak-anak di Gambia. WHO menyebutkan, analisis loboratoium menemukan kandungan senyawa racun itu dalam jumlah yang tidak bisa ditolerir.
Diduga pabrik obat batuk di India menggunakan alternatif murah untuk produk farmasi ini dalam jumlah berlebihan.
Namun kementrian kesehatan mengatakan, kedua kasus tersebut, yakni obat batuk sirup di Gambia dan obat sirup penurun demam di Indonesia, yang kasusnya memicu kematian ratusan anak dan terjadi dalam bulan hampir bersamaan itu tidak memiliki keterkaitan.
as/vlz (dari berbagai sumber)