Tren Urban: Berkebun di Bawah Tanah
27 Oktober 2016Konsumen di sejumlah kota besar Eropa, kini menganut motto: konsumsi produk lokal demi perlindungan lingkungan. Namun ada kendalanya. Di kota metropolitan seperti London, Berlin atau Paris, amat sulit mencari lahan cukup luas untuk berkebun.
London kini memperkenalkan solusi menarik. Berangkat dari tren Urban Farming, sebuah perusahaan bernama "Growing Underground" kini membuat kebun di bawah tanah, puluhan meter dari permukaan. Mereka memanfaatkan bekas bunker di sistem kereta bawah tanah London alias "underground" sebagai lahan berkebun.
Richard Ballard pendiri "Growing Underground" menyebutkan, keterbatasan lahan di permukaan memaksa mereka mencari alternatif dengan memanfaatkan teknologi modern. "Nutrisi untuk tanaman kami campurkan dalam air, yang disemprotkan pada tanaman. Limbahnya disaring dan diproses agar bisa digunakann kembali sesuai prinsip daur ulang."
Revolusi teknik dan urban farming
Sebagai sumber pencahayaan ultra violet yang memicu proses fotosintesa digunakan lampu LED. Ballard hanya mengeluhkan mahalnya harga lampu LED. Tapi pendiri "Growing Underground" ini percaya dalam waktu tak lama lagi, harga lampu LED akan turun secara signifikan.
Hasil perkebunan bawah tanah ini diminati oleh sejumlah restoran terkemuka di London. Michel Roux koki berbintang Michelin pemilik restoran Le Gavroche menyebutkan, ia membeli hasil panen kebun bawah tanah, karena semuanya segar, aromanya intensif dan ramah lingkungan.
Roux juga mengakui, mencari sayuran lokal untuk racikan masakannya, kini makin sulit, karena lahan pekebunan di kota sulit ditemukan. Terpaksa sayuran impor yang dipakai. "Kini seiring tren yang diminati warga London, yakni konten lokal untuk makanan, urban farming di bawah tanah menjadi revolusi untuk memasok sayuran segar di kota," tambah koki berbintang internasional itu.
as(yf(aptn)