Tuduhan AS Peruncing Hubungan Amerika - Iran
12 Oktober 2011Ketakutan terhadap serangan teror baru semakin meningkat di Amerika Serikat di tengah-tengah laporan bahwa Amerika berhasil menggagalkan rencana pembunuhan duta besar Arab Saudi di Washington. AS menuduh Iran yang berdiri di belakang rencana itu. Presiden Barack Obama menuding Iran melanggar hukum internasional dan menuntut untuk bertanggung jawab. Sementara Wapres Joe Biden menerangkan, AS akan menerapkan sanksi lainnya terhadap Iran dan tidak ada opsi yang dikecualikan. Sedangkan Iran bereaksi gusar dan menuduh AS melakukan agitasi untuk perang.
Sementara itu kementrian Luar Negeri AS menyerukan semua warganya untuk siaga, karena adanya indikasi "fokus agresif pemerintah Iran melalui aktivitas teroris terhadap diplomat berbagai negara. " Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menuntut langkah keras terhadap Iran: "Dengan mitra internasional kami akan merembukkan bagaimana kami dapat mengirimkan pesan yang sangat jelas bahwa aksi yang melanggar hukum internasional ini, harus diakhiri."
Rencana pembunuhan ala Hollywood?
Namun pakar politik meragukan tuduhan-tuduhan itu. Seperti yang dilaporkan koran "Washington Post", Alireza Nader dari lembaga tangki pemikir Rand Corp., mempertanyakan, kenapa Iran hendak membunuh duta besar Arab Saudi di Washington? Pakar lainnya berpendapat, rencana semacam itu sama sekali tidak berciri Iran.
Direktur FBI, Robert Mueller sebelumnya mengutarakan: "Kedengarannya memang seperti skenario Hollywood, tetapi ini sangat serius. Banyak orang yang mungkin terbunuh bila rencana itu terlaksana." Koran "New York Times" yang mengutip aparat keamanan, melaporkan bahwa selain pembunuhan Adel al-Jubeir juga direncanakan serangan bom terhadap kedubes Israel di Argentina. Juga disebutkan rencana penyelundupan opium dari Timur Tengah ke Meksiko.
Iran protes ke PBB dan DK PBB
Ketua parlemen Iran, Ali Larijhani menuduh AS sengaja memicu krisis. Menteri Luar Negeri Ali-Akbar Salehi mengatakan kepada kantor berita Iran IRNA, AS hendak mengalihkan perhatian dari sejumlah besar masalah dalam negerinya. Sementara itu, utusan Iran di PBB menyerahkan pernyataan protes resmi kepada Sekjen PBB Ban Ki Moon dan Dewan Keamanan. Sementara Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Saud al-Faizal berterima kasih kepada AS atas pengungkapan rencana tersebut.
Menurut penyidik AS, orang-orang Iran hendak membayar gembong narkoba Amerika Latin untuk membunuh dengan menawarkan 1, 5 juta dollar. Dalang rencana adalah pejuang Al-Kuds, sebuah pasukan khusus Garda Revolusi Iran. Rencana ini dikatakan berhasil digagalkan oleh informan rahasia AS yang menyamar sebagai gembong narkoba.
Christa Saloh/rtrd/afpd/dpa
Editor: Marjory Linardy