Tuna Netra "Melihat" Dengan Echolot
18 Mei 2012Teknik memancarkan suara dan mendengar kembali pantulannya dikenal sebagai Echolot. Kelelawar dan lumba-lumba juga menggunakan teknik itu, untuk melakukan orientasi serta melokalisasi mangsanya. Kini para peneliti melakukan riset, untuk mengetahui mekanisme yang terjadi di otak pada saat orientasi menggunakan pantulan suara.
Untuk itu para peneliti mengukur aktivitas otak. Mula-mula dipasang mikrofon kecil di telinga para relawan peserta uji coba. Dengan perangkat itu, suara yang dipancarkan maupun pantulannya ditangkap dan direkam.
"Pada peralatan tomografi resonansi magnetik kami putar ulang kembali rekamannya, untuk didengar para peserta ujicoba, dan dalam dalam waktu bersamaan kami mengukur aktrivitas otaknya", kata Lore Thaler, ilmuwan Jerman yang melakukan riset orientasi pantulan suara pada orang buta di universitas West Ontario, Kanada.
Melihat lewat telinga
Para ilmuwan membandingkan aktivitas otak ketika ada pantulan suara serta ketika tidak ada echo. "Hasilnya, dapat diukur adanya aktivitas pada bagian otak visual, bukan pada bagian otak audio", tambah Lore Thaler.
"Jadi, jika orang buta mendengar pantulan suara, jaringan saraf penglihatan di otaknya yang diaktifkan. Ini bagian otak, dimana orang yang melek, mengolah citra yang ditangkap oleh organ penglihatannya. Itu tidak seperti perkiraan sebelumnya, bahwa bagian otak bagi pengolahan suara yang diaktifkan", papar ilmuwan Jerman itu.
Kemampuan untuk melakukan orientasi menggunakan pantulan suara atau echolot, juga dapat dipelajari orang normal. "Semua orang memiliki peryaratan yang diperlukan di otaknya", kata Lore Thaler lebih lanjut.
Mengenali permukaan dan struktur
Orang-orang yang terbiasa dan berpengalaman memanfaatkan echolot , tidak hanya mampu memperkirakan jarak. Mereka juga dapat mengenali permukaan dan struktur obyek.
Misalnya, padang rumput memantulkan suara yang berbeda dengan lantai beton. Pohon memiliki echo berbeda dengan tonggak kayu. Juga permukaan yang melengkung, bersudut atau datar memantulkan suara berbeda-beda. Dengan begitu, orang buta dapat membuat citra lebih rinci dari lingkungan sekitarnya.
Lore Thaler yang saat ini melanjutkan risetnya di Universitas Durham di Inggris, melakukan banyak sekali ujicoba ilmiah bersama orang buta. Selain itu, ia juga mengumpulkan kesan kehidupan sehari-hari orang buta. Thaler menyimpulkan, tingginya kemandirian orang buta serta kemampuannya melakukan orientasi, misalnya pada saat berjalan-jalan di kota, amatlah megagumkan.
Gudrun Heise/Agus Setiawan
Editor : Dyan Kostermans