Ubah Sikap untuk Lindungi Kutub Utara
27 Juni 2012Di pusat daerah Bad Godesberg, di dekat kota Bonn matahari bersinar cerah pada satu hari di bulan Juni. Seorang ibu muda dengan anaknya membeli buah-buahan musim panas dan selada di sebuah kios. Arktik dengan es dan saljunya nampak sangat jauh dari Bonn. Tetapi antara sikap konsumen di Jerman dan situasi di Arktik ada hubungan jelas, demikian dikatakan Lucas Ziemer, pria muda berusia 20-an yang mengenakan T-Shirt Greenpeace berwarna hijau. Ia berdiri di depan sebuah contoh anjungan lepas pantai.
"Perubahan iklim, yang didorong manusia di dunia industri dengan mobil-mobil, pemanas dan gaya hidup, menyebabkan es di Arktis lumer," dijelaskan pelindung lingkungan itu. "Dan itu mempermudah masuknya orang ke daerah yang dulunya tertutup, juga ke daerah yang mengandung minyak."
Cagar Alam, Bukan Tempat Berbisnis
Diperkirakan, sekitar 13% persediaan minyak dunia yang belum tersentuh berada di kawasan kutub utara, juga sepertiga simpanan gas. Sejak perubahan iklim menyebabkan es di laut lumer, perusahaan minyak raksasa berlomba untuk mengeksploitasi minyak. Pertengahan tahun ini, Shell akan mengadakan percobaan pengeboran di dekat pantai Alaska. Perusahaan gas Rusia, Gazprom merencanakan dimulainya pengeboran minyak di dekat pantai Rusia. Itu ditentang Greenpeace.
"Kami ingin, agar Arktik menjadi daerah cagar alam", demikian Lucas, yang sejak setengah tahun lalu bekerja sukarela pada Greenpeace. "Kami tidak ingin, pengeboran minyak diadakan di Arktik," demikian dikatakannya kepada seorang pengunjung. Kondisi ekstrem, seperti suhu rendah dan kegelapan yang berlangsung setengah tahun menyebabkan bisnis pengeboran berbahanya. Sehingga risiko kecelakaan sangat besar. Dan jika minyak bocor, penguraian minyak di air akan lebih lama daripada di daerah-daerah yang tanpa es.
"Arktik Milik Semua Orang"
Oleh sebab itu, Greenpeace mengumpulkan tandatangan di Bad Godesberg dan di 64 kota Jerman lainnya, yang akan dikirimkan kepada perusahaan minyak. Pada saat bersamaan, aktivis lingkungan akan mengumpulkan sejuta tanda tangan, dan menenggelamkannya dalam kapsul tahan air, di Kutub Utara. Itu akan menjadi isyarat, bahwa Arktik milik seluruh dunia. Arktik harus dijadikan daerah cagar alam dan tidak dieksploitasi untuk kepentingan komersial. Demikian Greenpeace.
Ulrike Reutlinger, juru bicara bagian perlindungan laut dan hutan pada Greenpeace di Bonn juga mengingatkan pada bencana minyak di anjungan Deep Water Horizon di Teluk Meksiko dua tahun lalu. "Di daerah itu setiap pekan orang masih menemukan seekor lumba-lumba yang mati." Pencarian minyak di Kutub Utara juga ditentang aktivis iklim. Biar bagaimanapun, pembakaran minyak meningkatkan efek rumah kaca, sehingga menambah pemanasan global.
Apa Pengumpulan Tanda Tangan Cukup?
Beberapa pejalan kaki menghentikan belanjanya, karena tertarik untuk melihat contoh anjungan minyak dan beruang kutub pada poster Greenpeace di dekat kios.
"Saya pasti ikut aksi seperti ini," demikian dikatakan Ramona Tiebel, yang mendatangi kios dengan dua anaknya. "Ini perlindungan seluruh planet, bagi generasi berikuntya," kata Ramona Tiebel, ketika putranya menatap dengan penuh perhatian foto beruang kutub.
"Saya menandatangani petisi untuk menyelamatkan Arktik," kata Herbert von Scheeven, yang mengendarai sepeda untuk berbelanja. Tetapi ia juga skeptis. "Masyarakat ini terpaku pada penggunaan mobil. Tanda tangan bisa cepat diberikan, tetapi sikap setiap orang juga sangat penting."
Para pakar memperingatkan, sejauh ini tidak ada metode, untuk menanggulangi kecelakaan minyak di daerah-daerah yang sulit di capai di Arktik, apalagi di musim dingin. Organisasi lingkungan memperkirakan, operasi berrisiko tinggi seperti itu bisa dihindari, jika penggunaan minyak juga dikurangi. Pusat Antariksa Jerman menerbitkan sebuah studi bulan Juni, yang dilakukan atas permintaan Greenpeace, Ikatan Industri Tenaga Angin Sedunia (GWEC) dan Ikatan Energi Terbarukan di Eropa (EREC). Menurut hasil penelitian itu, warga dunia dapat mengurangi penggunaan minyak sebanyak 80% hingga tahun 2050, jadi menghemat 650 gigaton CO2. Kuncinya adalah, penggunaan mobil-mobil yang lebih efisien, dan perluasan produksi energi terbarukan secara besar-besaran.
Irene Quaile / Marjory Linardy
Editor: Agus Setiawan