Uji Coba Vaksin Beri Harapan Tekan Laju AIDS
23 Oktober 2009Dalam waktu lima tahun para ilmuwan meneliti sejauh mana bahan vaksin dapat mencegah risiko penularan virus HIV. Hasil statistiknya menyatakan bahwa hampir 30 persen peserta uji coba dinyatakan lolos. Selasa lalu (20/10), dalam suatu kongres internasional di Paris, hasil rinci mengenai penelitian di Thailand dipublikasikan.
Hasil penelitian dari Thailand menunjukkan langkah besar dalam perjuangan melawan AIDS, terutama bagi para ilmuwan, seperti yang dinyatakan Supachai Rerks-Ngam, ilmuwan yang memimpin studi AIDS di departemen kesehatan Thailand. Pesan terpentingnya dirangkum Supachai, “Sekarang mungkin untuk mengembangkan bahan vaksin mencegah AIDS.”
Jerome Kim juga sependapat. Kim bekerja dalam program penelitian HIV pada militer Amerika Serikat. Institusi inilah yang mengelola dan mengawasi jalannya penelitian bahan vaksin AIDS di Thailand. Kim sangat optimis bahwa vaksin ini dapat mengurangi risiko penularan AIDS hingga hampir 30 persen. Tapi itu belum cukup.
“Supaya bahan vaksin itu dapat dipakai dalam skala luas, bahan tersebut harus ampuh dalam spektrum lebih besar. Prosedur imunisasi yang kami uji coba, hanya menunjukkan hasil minimal. Kami belum tahu apakah prosedur imunisasi ini juga berguna di negara-negara lain yang memiliki jenis virus HIV yang berbeda. Kami menguji coba bahan tersebut pada suatu kelompok masyarakat tertentu, yang memiliki risiko infeksi yang rendah. Sejauh ini kami tidak tahu, apakah pelaksanaan imunisasi pada kelompok masyarakat berisiko tinggi juga akan berhasil. Data-data kami menunjukkan bahwa bahan vaksin tersebut tidak dapat langsung dipakai dalam sistem kesehatan publik,“ terang Kim.
Dalam uji coba di Thailand, yang merupakan penelitian terbesar pengembangan bahan vaksin AIDS, diujicobakan kombinasi dua preparat. Dalam waktu enam bulan terdapat enam kali pemberian bahan vaksin. Salah satu bahan yang terkandung dalam bahan vaksin itu adalah tipe virus HIV yang dapat ditemukan di Thailand. Setengah dari peserta uji coba menerima suntikan plasebo, yaitu suntikan bahan tanpa efek medis. Sementara 50 persen sisanya menerima suntikan kombinasi bahan vaksin.
Bahan aktif jenis pertama berfungsi membangkitkan sistem kekebalan dan memberikan peringatan pada tubuh. Bahan aktif kedua adalah menguatkan jawaban kekebalan tubuh jika terjadi kontak dengan virus HIV. Kedua preparat tersebut sejak lama sudah tersedia sebagai bahan yang berdiri sendiri dan selama ini diberikan bukan dalam bentuk kombinasi. Namun jika diberikan satu persatu, bahan tersebut tidak memberikan efek. Hal itu sudah terbukti dalam beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Masih menjadi teka-teki bagi para peneliti mengapa penggunaan kombinasi dua bahan itu kini tiba-tiba mengurangi risiko penularan. Uji coba ini telah membuka perspektif masa depan baru, demikian diungkapkan Jerome Kim.
Para peneliti di dunia untuk pertama kalinya merasa terpacu dengan hasil positif dan konkret penelitian di Thailand untuk meningkatkan pencarian bahan vaksin yang ampuh. Hal tersebut juga diungkapkan Supachai Rerks-Ngam dari departemen kesehatan Thailand. “Kami berencana untuk memuat semua hasil penelitian di internet. Dengan begitu kami ingin meminta para pakar dari seluruh dunia untuk mengajukan usulan untuk kelanjutan penelitian ini serta untuk memperbaiki prosedur vaksinasi.”
Suzanne Kraus/Luky Setyarini
Editor: Yuniman Farid