1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Varian COVID-19 dari India: Yang Kita Ketahui Sejauh Ini

24 April 2021

Varian terbaru virus corona penyebab COVID-19 terdeteksi di India. Masih belum diketahui seberapa berbahayanya varian B.1.617 ini, tetapi kemunculannya telah menimbulkan kekhawatiran.

https://p.dw.com/p/3sW3K
Ilustrasi mutasi virus corona
Sejauh ini setidaknya telah ada lima mutasi utama virus corona penyebab COVID-19Foto: DesignIt/Zoonar/picture alliance

Jumlah infeksi virus corona terus meningkat tajam di India. Negara ini baru saja mencatat penghitungan infeksi harian tertinggi di dunia dengan 314.835 infeksi dari total populasi sebanyak 1,38 miliar orang.

Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah varian virus corona baru yang dikenal dengan sebutan B.1.617 ini bertanggung jawab atas peningkatan cepat infeksi tersebut. Namun ada kemungkinan demikian.

Apa peran varian virus ini?

Di banyak kasus dan negara lain, varian B.1.617 berperan ketika terjadi kenaikan infeksi secara tiba-tiba. Beberapa ahli juga menyatakan kekhawatiran bahwa varian India mungkin akan berubah menjadi jenis "mutasi super" yang akan terus menyebar ke seluruh dunia. 

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dia "sangat prihatin" tentang situasi di India, tulis WHO di Twitter.

Varian India ini juga telah menyebar ke negara lain. Otoritas kesehatan telah mendeteksi varian B.1.617 di Jerman, Belgia, Inggris Raya, AS, Australia, dan Singapura. Kementerian kesehatan Inggris telah melaporkan 77 kasus varian India.

Krematorium di India
Krematorium di India kewalahan menghadapi lonjakan baru korban meninggal akibat COVID-19, gambar diambil pada 21 April 2021Foto: ADNAN ABIDI/REUTERS

Mengapa varian India berbahaya?

Dalam varian India terdapat dua mutasi protein lonjakan virus SARS-CoV-2.

Protein lonjakan memungkinkan virus masuk ke tubuh manusia dan menginfeksinya. Jika lolos dari antibodi apa pun dalam sistem kekebalan tubuh atau seseorang memang tidak memiliki antibodi, virus ini kemudian dapat menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh. 

Para ahli mengatakan ada risiko orang yang telah pulih dari infeksi COVID-19, atau mereka yang telah divaksinasi, mungkin tidak tahan terhadap varian baru ini.

Mutasi yang ditemukan pada varian India diidentifikasi sebagai E484Q dan E484K. Mutasi ini juga telah terdeteksi di varian Afrika Selatan, B.1.353, dan varian Brasil, P1. Dalam beberapa kasus, mutasi India terdeteksi pada varian Inggris, B.1.1.7.

Ada pula mutasi lain, seperti yang disebut L452R, yang terdeteksi dalam varian virus California, B.1.429. Hal yang sama ditemukan pada varian di Jerman.

Ahli masih berbeda pendapat

WHO mengategorikan varian India sebagai "varian yang menarik". Itu berarti varian ini sedang dipantau, tetapi untuk saat ini belum dianggap sebagai sumber keprihatinan utama.

Dr Jeffrey Barrett, direktur COVID-19 Genomics Initiative di Wellcome Sanger Institute di Inggris, berkomentar bahwa varian India telah menyebar pada tingkat yang begitu rendah selama beberapa bulan terakhir, dan itu membuat varian ini sepertinya tidak menular seperti varian asal Inggris B.1.1.7.

Tetapi sejumlah ahli lain melihat ancaman tersebut secara berbeda. Dan perkembangan saat ini tampaknya menunjukkan bahwa para ahli tersebut kemungkinan benar.

Di negara bagian Maharashtra, India, lebih dari 60% dari semua infeksi virus corona telah dikaitkan dengan varian baru B.1.617. Tetapi pihak berwenang setempat mengatakan jumlah kasus yang diurutkan terlalu rendah untuk bisa menarik kesimpulan yang jelas.

Karena itu, masih belum jelas apakah varian India bertanggung jawab atas peningkatan infeksi di India.

ae/yp