Wisatawan Cina Lambat Laun Kembali ke Eropa
4 Februari 2023Setelah perjalanan wisata global hampir tiga tahun terhenti akibat pandemi COVID-19, wisatawan Cina lambat laun mulai bisa bepergian lagi tanpa harus menghabiskan waktu berminggu-minggu di karantina saat kembali ke negaranya. Sampai saat ini, memang belum kelihatan ada booming wisatawan Cina di Eropa.
Hanya ada beberapa pemesanan kelompok yang menginginkan tur berpemandu bahasa Mandarin ke Kastil Neuschwanstein yang terkenal dan bersejarah, menurut otoritas Kastil Neuschwanstein di negara bagian Bayern. Padahal biasanya kastil itu selalu dipenuhi turis Tiongkok. Sebelum pandemi, sekitar 20% dari tur berpemandu yang ditawarkan diberikan dalam bahasa Mandarin.
"Meskipun sudah ada pelonggaran terkait pandemi, untuk saat ini kecil kemungkinan akan ada gelombang besar perjalanan dari Cina", kata Wolfgang Arlt, direktur pelaksana China Outbound Tourism Research Institute (COTRI) di Hamburg. "Situasi ini tidak akan berubah sampai musim liburan Paskah. Salah satu alasannya, COVID-19 masih merajalela di Cina dan tingkat infeksinya masih tinggi", kata Arlt.
Akibatnya, pada awal Januari negara-negara anggota Uni Eropa (EU) sepakat untuk menerapkan aturan wajib tes bagi semua penumpang yang tiba dengan penerbangan dari Cina. Selain itu, otoritas Jerman di Cina saat ini hanya mengeluarkan visa jika pemohon memiliki alasan kuat untuk bepergian ke Jerman, dan pariwisata tidak dianggap sebagai alasan kuat.
Jadi untuk saat ini, di daratan Eropa hanya italia yang masih kedatangan cukup banyak wisatawan dari Cina dan masuk dalam 10 besar daerah tujuan wisata paling populer. Kebanyakan wisatawan Cina memilih destinasi dekat seperti Hong Kong, Makau, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, dan Singapura.
Ekspektasi tinggi, tapi belum terpenuhi
Menurut catatan statistik, wisatawan Cina di Eropa masih tergolong kelompok kecil. Tahun 2019 misalnya, dari total 500 juta malam penginapan di Jerman, hanya ada kurang dari tiga juta wisatawan Cina yang menginap semalam atau lebih. Di Spanyol, pada 2019 hanya sekitar 700 ribu dari 83 juta wisatawan yang berasal dari Cina.
Meski demikian, badan resmi pemasaran wisata Spanyol, Turespana, tetap optimistik. "Harapannya bagus," kata juru bicaranya. Apalagi menurut catatan statistik, turis dari Cina cenderung membelanjakan cukup banyak uang ketika berkunjung ke Eropa. Menurut Turespana, di Spanyol seroang wisatawan dari Cina menghabiskan rata-rata sekitar 308 euro sehari, lebih dari dua kali lipat pengeluaran turis Jerman. Di Swiss, mereka menghabiskan rata-rata 380 franc sehari per orang, hampir tiga kali lipat dari wisatawan Jerman.
Tapi bukan itu saja. "Wisatawan Cina tidak hanya datang untuk berlibur, tapi untuk merasakan dan melihat sebanyak mungkin dalam waktu singkat, " kata Wolfgang Arlt. Dan ini bisa jadi peluang besar bagi daerah tujuan wisata untuk memperluas daya tariknya.
Pasar dengan potensi besar
"Dengan strategi yang cerdas, Anda dapat menciptakan jenis pariwisata yang selalu Anda inginkan di sini. Di Turespaña, strategi ini disebut diversifikasi motif perjalanan, tulis pakar pariwisata Spanyol dari Turespana. Wisatawan Cina biasanya akan datang terutama untuk budaya dan keahlian memasak, dan bukan terutama untuk iklim yang cerah, seperti banyak turis lainnya.
Kebanyakan otoritas pariwisata di Eropa memang melihat "potensi besar" pasar pariwisata dari Cina, bahkan sebagai sumber wisatawan terbesar dunia. Pada 2019, 170 juta perjalanan internasional dilakukan dari Cina.
"Pada 2023, diperkirakan akan ada 110 juta perjalanan wisata yang akan dilakukan pelancong dari Cina", kata Wolfgang Arlt. Untuk tahun 2030, jumlah perjalanan tersebut diproyeksikan meningkat menjadi 228 juta perjalanan, lebih dua kali lipatnya. Dia sendiri berharap, banyak dari perjalanan itu akan menuju ke Jerman - dan ke Kastil Neuschwanstein yang legendaris.
(hp/as)