Bagaimana Cina Mengendalikan Mahasiswa Terbaiknya di Jerman
8 Maret 2023Belajar di luar negeri memberikan kebebasan tersendiri. Itu lah hal yang banyak diimpikan oleh anak-anak muda berprestasi di seluruh dunia. Tak sedikit pula dari mereka membutuhkan bantuan beasiswa yang disponsori oleh negara. Namun, bagaimana jika program beasiswa itu justru tidak memberikan kebebasan sama sekali?
Sebuah investigasi yang dilakukan oleh tim DW bekerja sama dengan platform Jerman CORRECTIV, menunjukkan bahwa mahasiswa Cina di Jerman mendapati aturan yang mengekang oleh pemerintah Cina. Terutama bagi para ilmuwan dan akademisi muda yang datang ke Jerman dengan beasiswa dari Dewan Beasiswa Cina (CSC).
Para penerima beasiswa CSC harus menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa mereka tidak akan terlibat dalam kegiatan yang "membahayakan" keamanan negara Cina. Kontrak beasiswa yang ketat itu juga mengharuskan mereka melapor ke kedutaan besar Cina secara teratur, dan siapa pun yang melanggar ketentuan ini akan dikenai tindakan disipliner.
Dari München ke Beijing
Universitas Ludwig Maximilian University di München (LMU), telah menandatangani perjanjian untuk mendidik para mahasiswa Cina hingga ke tingkat doktoral, sejak tahun 2005. Sejauh ini, 492 sarjana CSC telah berpartisipasi dalam program tersebut.
"CSC telah menjadi salah satu mitra akademis terpenting LMU di Cina hingga saat ini," demikian tanggapan dari pihak universitas ketika dimintai komentarnya.
Selain itu, sebanyak 487 mahasiswa program doktoral dari CSC juga telah terdaftar di Free University of Berlin (FU) sejak tahun 2009. Universitas tersebut mengatakan bahwa pihaknya memiliki "hubungan yang istimewa" dengan lembaga tersebut dan menyebut CSC sebagai "institusi tuan rumah yang disenangi oleh para sarjana CSC."
'Tidak mengetahui adanya intimidasi'
Sejak dimulainya hubungan kerja sama tersebut, tidak banyak pertanyaan yang diajukan tentang Dewan Beasiswa Cina sebagai pihak mitra.
"Hingga saat ini, kami tidak mengetahui adanya perjanjian yang dibuat antara para mahasiswa Cina dengan pemerintahnya," kata LMU. LMU juga mencatat bahwa pihaknya tidak pernah menerima laporan tentang upaya intimidasi pihak Beijing kepada mahasiswanya di Jerman.
"Kebebasan akademik dan kebebasan berekspresi merupakan nilai fundamental bagi LMU, yang juga kami tunjukkan melalui contoh dan kami sampaikan kepada mahasiswa internasional lainnya," kata LMU.
Di Berlin, FU mengatakan kepada DW dan CORRECTIV bahwa mereka tidak mengetahui adanya individu tertentu yang telah menandatangani kontrak tersebut. "Namun, diketahui bahwa para penerima beasiswa memang harus kembali ke Cina, jika tidak, mereka harus membayar kembali dana beasiswa tersebut," tambah pihak FU.
Komitmen kesetiaan kepada negara
CORRECTIV dan DW telah memperoleh salinan sejumlah kontrak CSC dari tahun ke tahun. Komitmen utama yang tercantum di dalam perjanjian itu adalah kesetiaan mutlak kepada negara Cina.
Para penerima beasiswa CSC harus berjanji "untuk mengembangkan rasa tanggung jawab dan misi kembali ke Cina dan melayani negara." Selain itu, para mahasiswa juga "harus secara sadar menjaga kehormatan tanah air, (dan) mematuhi bimbingan dan manajemen kedutaan besar (konsulat) di luar negeri." Hal ini termasuk melapor diri dalam waktu sepuluh hari sejak kedatangan mereka di Jerman dan menjaga "kontak intens".
Sepulangnya para mahasiswa ini ke tanah air, mereka diwajibkan untuk menetap di Cina setidaknya dua tahun. Perjanjian itu juga berlaku untuk kerabat dan penjamin, dan tidak akan berakhir hingga komitmen tersebut terpenuhi.
Jika ada pasal dalam kontrak yang dilanggar, para penjamin bertanggung jawab secara utuh. Termasuk jika performa akademis penerima beasiswa tersebut tidak memadai dan program harus dihentikan sebelum waktunya "tanpa alasan yang kuat". Maka, akan ada biaya penalti yang dikenakan sebagai tambahan dari jumlah dana beasiswa yang telah dikeluarkan, yakni sekitar €75.000 (setara Rp1,2 miliar) untuk masa pendanaan beasiswa empat tahun.
Segalanya harus di bawah kendali
Mareike Ohlberg, seorang ilmuwan senior yang meneliti tentang Cina di Marshall Fund Jerman, melihat kontrak CSC itu sebagai bagian dari "kegilaan Partai Komunis Cina dalam menguasai kendali".
"Orang-orang secara aktif didorong untuk melakukan intervensi jika terjadi sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan negara," kata Ohlberg. "Bahkan di luar negeri, warga Cina tidak bisa bebas, tetap diawasi oleh Partai Komunis Cina," tambahnya.
Seorang pemuda yang telah menandatangani kontrak CSC mengatakan kepada CORRECTIV tentang ketakutannya, dan menyatakan bahwa dia tidak akan pernah ikut serta dalam demonstrasi di Jerman karena kedutaan besar Cina bereaksi "sangat keras" terhadap kritik apa pun.
Pemuda itu juga berbicara tentang mimpi buruknya, di mana dia harus kembali ke tanah air dan diinterogasi di bandara. "Mereka bertanya apakah saya mengenal orang ini atau orang itu. Saya selalu menjawab, ya, ya, tapi saya tidak tahu apa yang mereka lakukan."
'Berpikir bebas adalah hal yang mustahil'
Kai Gehring, ketua Komite Pendidikan dan Penelitian parlemen Jerman, mengatakan bahwa kontrak CSC "tidak sesuai" dengan Undang-Undang Dasar Jerman yang menjamin kebebasan akademik.
"Kewajiban kesetiaan pada sistem satu partai dan sentimen patriotik, serta tanggung jawab keluarga jika terjadi pelanggaran kontrak, membuat pekerjaan penelitian bersama dan independen yang ditandai dengan keingintahuan, pemikiran bebas, dan kreativitas menjadi mustahil," katanya.
Di Jerman, konstitusi pendidikan berkewajiban melindungi ilmu pengetahuan dan akademisi dari pengaruh politik. Oleh karena itu, kementerian pendidikan mengatakan bahwa itu hak mutlak bagi universitas untuk mengambil tindakan.
"Dari sudut pandang BMBF, penting bagi lembaga-lembaga tuan rumah di Jerman untuk menyadari kemungkinan kendala yang mungkin dihadapi oleh para akademisi CSC, dan memastikan bahwa kebebasan akademis dan kebebasan berekspresi yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar juga dapat dinikmati sepenuhnya oleh mereka."
Selain di Jerman, laporan mengenai kontrak CSC yang bermasalah ini juga muncul di Swedia, Denmark, dan Norwegia. Universitas-universitas ternama di sana kini telah menanggapi hal tersebut, dengan menangguhkan kerjasama mereka dengan pihak CSC.
*Laporan tambahan itu disampaikan oleh rekan DW yang tidak ingin disebutkan namanya, perihal alasan keamanan. (kp/hp)