1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Dogecoin, Lelucon Paling Berharga di Dunia

12 Mei 2021

Dogecoin telah menjadi cryptocurrency atau mata uang digital dengan kinerja terbaik selama setahun terakhir. Koin senilai $ 70 miliar (Rp 992,5 triliun) itu awalnya muncul sebagai lelucon di internet.

https://p.dw.com/p/3tFuS
Kemunculan Dogecoin menggemparkan dunia maya
Tidak seperti Bitcoin, Dogecoin diprediksi memiliki persediaan yang tidak terbatasFoto: STAR MAX/IP/picture alliance

Hanya butuh satu lelucon untuk membuat salah satu cryptocurrency atau mata uang digital paling populer di dunia, Dogecoin, jatuh 30%. Mata uang kripto yang diluncurkan pada 2009 lalu itu sempat kehilangan lebih dari sepertiga harganya setelah Elon Musk membahas mata uang digital dalam tayangan sketsa komedi "Saturday Night Live".

 "Musk mungkin senang bercanda tentang apa itu meme (koin), tetapi investor merasakan sakit yang nyata sekarang," kata Justin d'Anethan, Kepala Penjualan Bursa di Diginex yang berbasis di Hong Kong.

"Pada dasarnya, pasokan Dogecoin tidak terbatas dan sangat tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Fokusnya kini adalah pertanyaan tentang siapa yang akan menjual lebih dulu," tambahnya.

Infografis yang menunjukkan riwayat harga Dogecoin
Infografis yang menunjukkan riwayat harga Dogecoin

Di balik popularitas Dogecoin

Tidak ada penjelasan khusus di balik melonjaknya harga Dogecoin, mata uang digital yang dibuat sebagai lelucon pada 2013 oleh ahli software Billy Marcus dan Jackson Palmer.

Berkat stimulus pemerintah, spekulasi, dukungan Elon Musk, hingga beberapa candaan online terhadap logo Dogecoin yang menampilkan "meme" anjing jenis Shiba Inu, menjadi sejumlah alasan di balik kesuksesan mata uang kripto  tersebut.

"Dogecoin mania berawal dari pedagang eceran di media sosial. Komunitas perdagangan ritel memiliki keyakinan terhadap Dogecoin, fundamental tidak masalah," kata Edward Moya, seorang analis pasar senior di Oanda, kepada DW.

"Dukungan selebriti dari Elon Musk dan Mark Cuban memberikan pembenaran bagi banyak investor awal dan mendorong semangat baru."

Bukti dukungan untuk ketenaran Dogecoin ditunjukkan perusahaan roket komersial milik Musk, SpaceX yang telah menerima pembayaran menggunakan mata uang kripto untuk misi satelit bulan. Misi yang didanai Dogecoin dijadwalkan akan diluncurkan pada 2022, dengan nama "Misi DOGE-1 ke Bulan."

Apakah Dogecoin adalah Bitcoin berikutnya?

Dogecoin dan Bitcoin adalah dua jenis cryptocurrency yang sangat berbeda. Dogecoin berpotensi memiliki persediaan tak terbatas, yang berarti mereka yang ingin tetap berinvestasi dalam koin untuk jangka waktu yang lebih lama. Di sisi lain, Bitcoin, memiliki persediaan tetap sebesar 21 juta unit, yang membuatnya langka dan sebagai imbalannya lebih berharga seperti emas dan berlian.

"Dogecoin adalah cryptokindergarten, dibuat untuk bersenang-senang dan juga menggambarkan bagaimana cryptocurrency bekerja," Jeff Gallas, Pendiri Yayasan Bitcoin Jerman, kepada DW.

"Jadi, adalah hal yang baik untuk mulai mendidik diri sendiri tentang cara kerja cryptocurrency dan tidak menganggapnya terlalu serius."

Apakah Dogecoin merupakan investasi yang bagus?

Penggemar Dogecoin menggembar-gemborkannya sebagai cryptocurrency masa depan, setelah Musk menyebutnya sebagai "mata uang kripto rakyat". Biaya transaksinya yang rendah dan persediaan yang besar membuatnya nyaman bagi warganet untuk memberi tip kepada pembuat konten online seperti Redditor, blogger, dan pengguna YouTube.

Sementara orang lain melihat Dogecoin sebagai investasi yang sangat spekulatif dan berisiko, lebih dari Bitcoin atau Ether. Terlepas dari dukungan Musk untuk koin tersebut, belum ada perusahaan yang secara publik berinvestasi di Dogecoin, tidak seperti Bitcoin.

Bahkan Musk mendesak orang untuk "berinvestasi dengan hati-hati" dalam cryptocurrency.

"Dogecoin tidak mungkin menjadi pilihan yang digunakan perusahaan Amerika, tetapi untuk saat ini minat ritel dapat membuat Dogecoin mendukung nasib yang sama seperti GameStop," ucap Moya. (ha/pkp )

 

Dengan kontribusi dari kantor berita Reuters