Dukungan Terhadap Ikhwanul Muslimin Dikritik
26 Agustus 2013Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan berulangkali mengecam kudeta militer di Mesir dan mendukung gerakan Ikhwanul Muslimin. Sikap itu memperburuk hubungan antara Mesir dan Turki. Pemerintahan transisi di Mesir menuduh partai AKP pimpinan Erdogan mencampuri urusan dalam negeri Mesir.
Pemerintah Turki meningkatkan dukungan terhadap Ikhwanul Muslimin dan menuduh rejim Mesir melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Hubungan diplomatik memburuk setelah kedua negara menarik duta besarnya.
Tapi tidak semua petinggi AKP setuju dengan haluan politik Erdogan. Mantan Menteri Luar Negeri Yasar Yakis, seorang pendiri AKP, menyatakan prihatin dengan hubungan antara Turki dan Mesir. Ia mengenal Mesir dengan baik karena pernah menjadi Duta Besar Turki di Kairo.
Ketegangan politik
Menurut Yasar Yakis, sangat penting bagi Turki dan Mesir menjaga hubungan baiknya. "Turki tentu berhak menyebut peristiwa di Mesir sebagai sebuah kudeta dan mengecam hal itu. Di pihak lain, Turki tidak perlu terlibat sengketa mendalam dengan rejim di Mesir", kata Yakis dalam wawancara dengan Deutsche Welle.
Perdana Menteri Turki Erdogan memang punya hubungan erat dengan Mohammed Mursi, bekas Presiden Mesir yang digulingkan militer. Selama dua tahun terakhir, Erdogan dan partainya AKP menjalin hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, terutama karena berambisi memperbesar pengaruhnya di Mesir. Namun sejak Mursi digulingkan, Turki kini makin terisolasi.
Minggu yang lalu, Erdogan malah menuduh negara-negara Islam dan barat tidak mencegah kudeta militer di Mesir. Ia juga menyatakan, ada campur tangan Israel dalam perkembangan di Mesir. Pernyataan ini mengundang kritik dari Mesir, Israel dan Amerika Serikat. Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest menerangkan, pemerintah AS mengecam keras pernyataan Erdogan.
Erdogan makin terisolasi
Menurut Ihsan Dagi, Profesor Hubungan Internasional di Middle East Technical University Ankara, politik luar negeri Turki memang menyimpang jauh dari mitra-mitra Turki yang lain di Timur Tengah. "Bahkan di kalangan negara-negara Islam, tidak ada yang mengambil posisi demikian ekstrim terhadap Mesir", tulisnya di harian Turki "Zaman". Ia menuntut agar Turki kembali menjalankan politik yang berkonsentrasi pada dialog dan kerjasama.
Tapi pemerintah Turki kelihatannya tidak mau mengubah haluan politiknya. Penasehat politik Erdogan, Ibrahim Kalin menyatakan, posisi Turki di Timur Tengah tidak "terisolasi", melainkan "berdiri sendiri". Ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Turki.
Namun mantan Menteri Luar Negeri Yasar Yakis memperingatkan, dalam minggu-minggu mendatang, sengketa diplomatik antara Turki dengan negara-negara Teluk dan Amerika Serikat bisa makin meruncing.