Fakultas Teologi Islam Pertama di Jerman Diresmikan
16 Januari 2012Pada upacara peresmian Fakultas Teologi Islam di Universitas Tübingen, Menteri Pendidikan Jerman, Annette Schavan mengatakan, pembukaan pusat studi itu merupakan pertanda bahwa keragaman religius bagi masyarakat bukan merupakan ancaman melainkan sebuah aset, dan juga menunjukkan sikap hormat terhadap agama Islam.
Sejak Oktober 2011, 23 mahasiswi dan 13 mahasiswa kuliah pada program S1 Teologi Islam. Di samping Tübingen juga akan dibuka departemen serupa di Universitas Osnabrück/Münster, Erlangen/Nürnberg dan Frankfurt/Gießen. Pemerintah Jerman akan mengalokasikan sekitar 20 juta Euro untuk mendanai para guru besar, dosen dan ilmuwan-ilmuwan muda pada lembaga akademis tersebut.
Jembatan bagi umat muslim dan mayoritas warga Jerman
Imam besar dari Sarajevo, Mustafa Ceric mengatakan dalam pidatonya di Tübingen, pusat studi Islam itu dapat menjembatani umat muslim dan mayoritas masyarakat Jerman, dan juga antara umat muslim di dunia dengan Eropa. Bagi umat muslim di Eropa, benua ini adalah tanah air yang tidak mengijinkan adanya kekerasan dan ekstremisme. Demikian ditegaskan Ceric. Sekitar 4 juta warga Muslim menetap di Jerman saat ini.
Menurut rektor Universitas Tübingen, Bernd Engler, pusat studi Islam ini dapat membantu upaya untuk menghilangkan praduga terhadap umat muslim. Pada tahun-tahun terakhir banyak warga Islam yang didesak untuk melaksanakan kewajiban agamanya di tempat-tempat yang non-resmi, ujar Engler kepada stasiun radio Deutschlandfunk. Dengan pembukaan fakultas ini diharapkan warga Jerman dapat memandang sikap keagamaan warga Islam secara lebih serius.
Target tinggi dan dialog antaragama
Pakar Teologi Rauf Ceylan menuntut agar pendidikan para imam dan guru agama Islam membidik target yang tinggi. Pendidikan harus berorientasi terhadap konsensus dasar umat muslim di Jerman dan dapat menjawab masalah yang terkait realitas kehidupan di sini, ujar profesor ilmu keagamaan itu.
Sementara Uskup negara bagian Baden Württemberg, Frank Otfried July menyebut pembukaan pusat studi itu sebagai sebuah langkah penting. Karena di sini dilakukan studi dan penelitian Teologi Islam dalam konteks sejarah Eropa. July juga mengungkapkan keinginannya agar pusat studi ini dapat mendukung dialog antaragama secara ilmiah dan bermutu.
Christa Saloh-Foerster/dpa, epd
Editor: Carissa Paramita