Flu Burung Ancam Pedagang Unggas di Cina
28 Januari 2014"Bisnis ini sudah benar-benar buruk! Ini sih namanya bunuh diri!", kata seorang pedagang unggas di sebuah pasar di Shanghai, Cina. Ia sebenarnya punya izin resmi, untuk menjual ayam dan bebek hidup, tapi nyaris tidak ada pelanggan. Alasannya: takut flu burung.
Lebih dari 50 orang meninggal awal tahun lalu di Cina akibat serangan virus H7N9. Pada musim dingin ini, virus flu burung kembali menyerang. Para pakar khawatir akan muncul gelombang baru infeksi akibat virus tersebut.
Sebagai langkah pencegahan, pemerintah kota Shanghai memberlakukan aturan yang wajib ditaati semua pedagang unggas. Dari tanggal 31 Januari hingga akhir April tidak boleh ada ayam hidup atau bebek hidup yang dijual di pasar.
Masih ada beberapa hari tersisa sampai aturan itu berlaku, namun penjualan sudah merosot drastis. Beberapa pedagang terpaksa tutup. "Tiga hari yang lalu saya tutup toko, karena pasti akan lebih buruk lagi situasinya," kata nyonya Li, yang sudah bertahun-tahun berdagang unggas di pasar.
"Beberapa pelanggan bertanya kapan toko dibuka lagi", kata nyonya Li. Dia hanya berharap untuk dapat kembali berdagang ayam dan bebek hidup setelah masa pembekuan penjualan dicabut.
"Orang Shanghai suka makan ayam," demikian nyonya Li menandaskan, "Ayam yang baru dipotong dianggap lebih enak dibanding daging ayam beku."
Pasar Unggas: Sarang virus
Justru karena ini kebiasaan makan seperti ini, dokter-dokter di Cina sangat prihatin: "Ini adalah tantangan besar, kita harus selalu menjelaskan kepada warga bahwa perdagangan unggas hidup di musim flu burung sangat berbahaya! Penjelasan kepada masyarakat memainkan peran kunci di sini," kata Profesor Lu Hongzhou. Dia adalah ketua komisi pencegahan flu di Shanghai, Cina.
Lu Hongzhou menekankan, hampir semua pasien H7N9 terbukti melakukan kontak dengan unggas hidup. Selama gelombang terakhir flu burung awal tahun lalu, Sejumlah kota di Cina menutup pasar unggasnya. Jumlah infeksi kemudian tidak bertambah lagi. "Itulah buktinya: pembekuan paksa perdagangan unggas hidup ada dampak positifnya."
Sebagai dokter, Lu berharap bahwa pemerintah kota Shanghai akan melarang perdagangan unggas hidup untuk selamanya. Konsumen dengan itu hanya bisa membeli daging yang dikemas - yang dibekukan sampai sekitar nol derajat.
Pedagang unggas nyonya Li sedang mempertimbangkan apakah nantinya akan menjual daging kemasan, dan bukan unggas hidup lagi. Sehingga tak perlu menghadapi pembekuan paksa penjualan daging unggas, lanjutnya: "Dan warga Shanghai pada pokoknya masih tetap gemar makan ayam!"