1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gerakan Sunflower Taiwan Beri Ruang Anak Muda untuk Bicara

18 Maret 2024

Gerakan Sunflower sempat menggemparkan Taiwan satu dekade silam, setelah Taipei mencoba memaksa kesepakatan yang tak jelas dengan Beijing. Kini, Gen Z dan Milenium masih merasakan dampaknya.

https://p.dw.com/p/4dq0T
Gerakan Sunflower
Gerakan Sunflower di tahun 2014 mempengaruhi hubungan Beijing-TaipeiFoto: Arte

Gerakan Sunflower Taiwan, atau dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Gerakan Bunga Matahari, merupakan sebuah gerakan yang dinamai setelah seorang penjual memberikan bunga kepada para demonstran, dalam aksi protes yang pecah pada Maret 2014 silam. Saat itu, puluhan mahasiswa menyerbu parlemen dan mendudukinya selama tiga setengah minggu.

Pemerintah sebelumnya telah membuat marah penduduk Taiwan lantaran meloloskan pakta perdagangan lintas selat dengan Beijing tanpa peninjauan klausul demi klausul. Pengunjuk rasa berpendapat kesepakatan itu dapat merugikan ekonomi Taiwan dan memberikan pengaruh lebih besar kepada Cina, yang memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Ratusan orang akhirnya turun ke jalanan di Taipei untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap para mahasiswa. Bunga Matahari menjadi sebuah simbol harapan. Menghadapi penolakan tersebut, pemerintah kemudian menghentikan kesepakatan perdagangan yang kontroversial itu.

Masa sekarang, Generasi Milenium dan Z Taiwan masih merasakan dampak dari pembangkangan massal yang memicu gelombang aktivisme anak muda dan mendorong negara pulau itu menjauh dari Beijing.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Kaum muda berjuang untuk bersuara dalam politik

Li Fei-fan, salah satu pemimpin mahasiswa yang berhasil menerobos masuk ke parlemen tahun 2014 silam, percaya bahwa gerakan ini merupakan momen penting bagi masyarakat sipil Taiwan, yang memungkinkan mereka untuk menyadari kekuatan mereka dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah.

"Saya pikir pada awalnya hubungan Taiwan dengan Cina biasanya diputuskan oleh sekelompok kecil elit politik," kata Li Fei-fan kepada DW.

Aksi protes tahun 2014 menunjukkan bahwa anak muda Taiwan ingin memiliki suara dalam isu lintas selat, ujarnya.

Banyak anggota generasi muda yang khawatir dengan mengikisnya demokrasi Taiwan di bawah partai petahana Kuomintang (KMT), yang dianggap mendukung pemulihan hubungan dengan Cina.

Di saat yang sama, anak muda dikritik oleh generasi yang lebih tua karena dianggap lemah dan apatis terhadap politik.

Milenium melirik Gen Z saat kesepakatan muncul kembali

Dua tahun setelah gerakan mahasiswa tersebut, Partai Progresif Demokrat (DPP) menggulingkan KMT, dan masih berkuasa hingga hari ini. Namun, margin kemenangannya atas KMT menyempit secara signifikan pada pemilu yang diadakan Januari 2024 lalu.

Pada kenyataannya, DPP hanya berhasil meraup sekitar 40% suara, yang mengindikasikan bahwa kebanyakan pemilih Taiwan sekarang mendukung partai oposisi yang memiliki hubungan dekat dengan Beijing.

Salah satunya adalah Partai Rakyat Taiwan (TPP), yang mendapat dukungan kuat dari Gen Z, yang juga dikenal di Taiwan sebagai "Generasi Pasca Bunga Matahari."

Brian Hioe, salah satu peserta gerakan Sunflower dan pendiri Majalah New Bloom, mengatakan kepada DW bahwa ada "banyak perhatian dari generasi milenium yang ditujukan kepada Gen Z.

"Pertanyaannya adalah: Apakah Gen Z akan terlibat secara politik?" katanya.

Selama kampanye pemilu baru-baru ini, dilaporkan bahwa pemimpin TPP Ko Wen-je melontarkan gagasan untuk mengembalikan perjanjian perdagangan dengan Beijing di dalam lingkaran partai.

Dan publik mungkin tidak sepenuhnya menentang ide tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa mereka tidak memprotes perjanjian itu sendiri, tapi lebih pada cara diam-diam yang dilakukan pemerintah untuk mendorongnya.

Ada juga yang masih mendukung kesepakatan tersebut, percaya bahwa gerakan mahasiswa telah merusak manfaat yang bisa diberikan oleh pasar Cina kepada industri-industri tertentu.

Mungkinkah generasi muda merangkul populisme?

Selain kebijakan lintas selatnya, Ko Wen-je dipandang oleh banyak orang terlalu konservatif dalam hal pernikahan sesama jenis dan kesetaraan gender.

Lai Yu-fen, 28 tahun, yang sempat menjabat sebagai juru bicara Gerakan Sunflower, mengatakan bahwa "mengkhawatirkan" untuk melihat "orang-orang muda mendukung seorang politisi populis," tetapi menunjukkan bahwa Taiwan bukanlah kasus yang unik.

"Anda dapat melihat di Eropa, di Amerika Serikat dan Korea Selatan dan Jepang, banyak pemilih muda sekarang cenderung memilih politisi sayap kanan, lebih konservatif, lebih tradisional," katanya kepada DW. "Dan ada perpecahan di antara lelaki dan perempuan."

Kepada DW, Hioe mengatakan bahwa bagi generasi muda, DPP telah berkuasa hampir sepanjang masa dewasa mereka dan wajar jika mereka menginginkan perubahan dengan fokus yang lebih besar pada isu-isu domestik.

Kapal Cina dan Filipina Tabrakan di Laut Cina Selatan

Mahasiswa muda terinspirasi dari protes tahun 2014

Bagi Li Cheng-ai, mahasiswa berusia 19 tahun yang termasuk dalam Gen Z, Gerakan Bunga Matahari masih menjadi inspirasi yang meningkatkan kesadarannya akan isu-isu lintas selat. Li Cheng-ai juga menyaksikan berbagai peristiwa lain selama 10 tahun terakhir yang membuat banyak generasinya menyimpulkan bahwa "kami berbeda dengan Cina", terutama protes anti-ekstradisi Hong Kong pada tahun 2019.

Li Cheng-ai secara pribadi menghadiri protes Bunga Matahari pada tahun 2014 pada usia 9 tahun, ketika orang tuanya mengajaknya untuk bergabung dalam demonstrasi di Taipei.

"Menurut saya para pemimpin seperti Lin Fei-fan dalam gerakan mahasiswa sangat mengagumkan, dan saya ingin menjadi seperti mereka," katanya kepada DW. "Hal itu menunjukkan kepada kaum muda kekuatan yang kita miliki ketika kita bersatu untuk tujuan bersama."

(mh/hp)

Yu-chen Li Li adalah Jurnalis multimedia dan saat ini bekerja sebagai koresponden Taipei di DW.