Smartphone Braille Pertama
30 Oktober 2013Sumit Dagar, seorang lulusan desain interaksi Institut Desain Nasional (NID), menelurkan ide mengembangkan smartphone braille 3 tahun lalu. Tahun 2012, ia memenangkan Penghargaan Rolex untuk perusahaan sebesar 50.000 Dolar. Ini memberi timnya dorongan ekstra untuk mempercepat kerja mereka.
"Saya dapat melihat dengan jelas kesenjangan digital yang terus meningkat antara suplai bagi kelompok pengguna mayoritas dengan mereka yang termarjinalisasi," tutur Dagar.
Layar ponsel yang belum diberi nama tersebut terdiri atas jaringan pentul. Pentul bergerak naik turun membentuk karakter Braille setiap kali pesan teks atau surat elektronik masuk.
Smartphone Braille ini dapat membentuk ikon, gambar dan diagram dalam posisi terelevasi, sehingga pengguna dapat merasakannya.
Besarnya potensi pasar
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hampir 300 juta orang di seluruh dunia adalah tuna netra. Seperempat diantaranya tinggal di India.
Menjelaskan teknologi di balik ponsel Braille, inovator berusia 29 tahun itu mengatakan desain menjadi satu-satunya hal yang mengisi celah antara teknologi dengan pengguna.
"Ada beberapa teknologi yang kami buat eksperimen untuk versi level produksi," jelas Dagar. "Salah satunya adalah teknologi piezoelektrik, yang telah tersedia untuk penggunaan semacam ini dalam 30 tahun terakhir. Teknologi terkini yang kami lirik adalah 'paduan bentuk memori berbasis aktuasi'."
Meski ponsel ini masih dalam tahap prototipe, laju pengerjaan cukup cepat.
Bukan hanya untuk tuna netra
Nishita Gill, salah satu anggota tim desain, yakin produk ini dapat bersaing dengan smartphone lain.
"Bayangkan interface yang memungkinkan Anda menerima panggilan atau mengirim pesan tanpa melihat layar," papar Gill. "Pasti menjadi penantang di pasar smartphone."
Dan ponsel ini benar-benar diantisipasi.
George Abraham, pendiri Dewan Kriket Tuna Netra India, melihat masa depan yang cerah bagi produk ini.
"Banyak orang yang mengetahui Braille dan ini sangat bagus. Dunia itu luas - ada ruang untuk produk seperti ini dan konsumen diuntungkan," kata Abraham.
Namun Dagar mengakui timnya masih menghadapi tantangan besar sebelum merilis ponsel ke pasar - salah satunya bagaimana membuat permukaan fisik layar interaktif.
"Revolusi produk yang terjadi belakangan ini adalah 'revolusi inovasi produk.' Desain masuk dan mengambil alih teknologi. Contohnya iPhone," ungkap Dagar. "Mereka sebenarnya menggunakan teknologi lama, tapi didesain sedemikian rupa sehingga pengguna terkesima dengan teknologinya. Jadi ini revolusi yang terjadi tanpa mengindahkan kelompok pengguna yang termarjinalisasi."
Tim Dagar menargetkan versi sederhana ponsel Braille siap dilempar ke pasar awal tahun depan, dan versi penuhnya diperkirakan siap dalam 5 tahun mendatang.