1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndia

India Mengalami Lonjakan Kasus Bunuh Diri di Kalangan Buruh

19 September 2022

Dampak dari pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir dan tidak adanya jaring jaminan sosial di India, menyebabkan meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan pekerja dengan upah harian.

https://p.dw.com/p/4H2ZH
Dua pria berjongkok di Uttar Pradesh, India
Banyak pria India bergantung pada ekonomi informalFoto: Pradeep Gaur/Zumapress/picture alliance

India mengalami peningkatan kasus bunuh diri di kalangan pekerja dengan upah harian, menurut laporan terbaru oleh Biro Catatan Kejahatan Nasional. Laporan yang dirilis pada Agustus lalu mengungkapkan bahwa pekerja dengan upah harian mendominasi di antara mereka yang meninggal karena bunuh diri di India.

Dari 164.033 kasus bunuh diri yang dilaporkan pada tahun 2021, lebih dari 42.000 kasus bunuh diri atau satu dari empat di antaranya merupakan pekerja upah gaji harian.

"Jumlah dan upaya bunuh diri telah meningkat secara signifikan. Data mencerminkan tren ini, tetapi jumlahnya kemungkinan akan lebih banyak lagi," kata psikiater yang berbasis di Delhi, Achal Bhagat kepada DW. "Kemiskinan berkontribusi pada masalah kesehatan mental dalam berbagai cara."

Para profesional kesehatan mental mengaitkan lonjakan kasus bunuh diri dengan berbagai faktor-faktor termasuk pengangguran, kemiskinan, utang, dan ketidakmampuan untuk mengatasi pemotongan upah.

Bhagat, yang telah mempelajari masalah ini dengan cermat, mengatakan banyak pekerja dengan upah harian tidak yakin apakah mereka akan mampu menghidupi diri sendiri, dan memiliki perasaan bersalah karena tidak menjalankan peran sebagai pemuda dalam masyarakat patriarki.

Menurut psikiater, kondisi ini diperparah dengan faktor-faktor seperti penyalahgunaan zat dan gangguan psikologis, semuanya berkontribusi menyebabkan meningkatnya angka bunuh diri di kalangan pekerja dengan upah harian.

"Dua kebijakan terpenting yang dapat membuat perbedaan adalah mata pencaharian berkelanjutan dengan jaminan sosial, dan akses ke layanan kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri," kata Bhagat.

Jual beli di sebuah pasar di India
Banyak pekerja dengan upah harian di India yang akhirnya berutangFoto: PUNIT PARANJPE/AFP

Pemotongan upah saat pandemi COVID-19

Sekitar 450 juta dari 1,3 miliar penduduk di India bekerja di sektor ekonomi informal. Ini termasuk pekerja berupah, pekerja konstruksi, pedagang kaki lima, dan buruh yang tidak memiliki rumah.

Lebih dari separuh pekerja harian di India berpenghasilan hanya 200-400 rupee per hari (Rp37.000 hingga 75.000), jauh di bawah upah minimum yang ditentukan untuk pekerja tidak terampil. Banyak pekerja menjadi berutang dan dibiarkan rentan terhadap eksploitasi.

Pandemi "menyebabkan penurunan pendapatan yang parah bagi sebagian besar pekerja, mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan secara tiba-tiba. Perempuan dan pekerja yang lebih muda telah terpengaruh secara tidak proporsional," berdasarkan hasil temuan studi terbaru dari Universitas Azim Premji bekerja sama dengan berbagai organisasi masyarakat sipil.

Sebagian besar pekerja harian menganggur, termasuk setelah November 2020 dan di sebagian besar awal tahun 2021. Sektor-sektor seperti real estate, konstruksi, infrastruktur, dan pembangunan perkotaan membutuhkan waktu untuk memulai kembali proyek.

"Karena ketidakpastian tentang pekerjaan dan pendapatan, mereka (pekerja bergaji harian) harus sering bermigrasi, kehilangan jaminan sosial, tidak memiliki tabungan, dan terlilit utang," kata Nelson Vinod Moses, pendiri Yayasan Pencegahan Bunuh Diri India kepada DW.

"Banyak yang memiliki tingkat alkoholisme tinggi, tidak ada asuransi kesehatan, diperlakukan dengan buruk, dan bekerja dalam kondisi berbahaya," tambahnya.

Kenaikan upah berkaitan dengan kesejahteraan

Tina Gupta, seorang psikoterapis yang telah mempelajari pola perilaku, mengutip sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Epidemiology and Community Health yang menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum sebesar $1 dikaitkan dengan penurunan tingkat bunuh diri antara 3,5 dan 6% di antara orang-orang dengan pendidikan SMA atau kurang.

"Studi ini menunjukkan bagaimana upah rendah berkaitan dengan risiko bunuh diri yang tinggi di antara mereka yang rentan. Pekerja berupah harian termasuk yang termiskin," katanya kepada DW.

Pekerja berupah harian paling sering menjadi tulang punggung utama keluarga, kata Anjali Nagpal, psikiater lainnya di New Delhi, kepada DW.

"Karena keterbatasan kemampuan akademik atau vokasional mereka, jika mereka diberhentikan atau menghadapi kesulitan keuangan, mereka tidak dalam kondisi dapat beradaptasi dengan mengubah pekerjaan mereka atau meminta bantuan dari teman-teman mereka, karena mereka berada di posisi yang sama,” katanya.

Di atas pekerjaan dan masalah keuangan, mereka sering bergumul dengan kehidupan pribadi mereka karena menyadari masalah kesehatan mental seseorang bukanlah prioritas dalam lapisan ini," tambahnya.

Namun, tanpa jaring pengaman sosial dan ekonomi atau akses ke perawatan kesehatan mental, banyak pekerja harian tetap merasa terjebak.

Kunci pencegahan bunuh diri adalah "asuransi kesehatan, bantuan utang, jaminan sosial, akses ke perawatan kesehatan, dan kampanye kesehatan masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat sipil peduli," tegas Moses dari Suicide Prevention India Foundation.

(bh/ha)